Arvin Muhammad Harshal dan Faiq Farrasi Qiantori, keduanya siswa kelas X SMA Pribadi Bandung, sukses hadirkan deterjen limbah kulit pepaya dan bonggol nanas. Meraih penghargaan Bronze Medal dalam ajang International Science, Technology and Engineering Competition (ISTEC) 2024. (Foto: Ist)
BANDUNG, iNewsSerpong.id - Tak terbayangkan limbah kulit pepaya dan bonggol nanas bisa menjadi deterjen yang efektif untuk mencuci pakaian serta ramah lingkungan. Faktanya, Arvin Muhammad Harshal dan Faiq Farrasi Qiantori, keduanya siswa kelas X SMA Pribadi Bandung membuktikan.
Berkat penemuan deterjen ramah lingkungan itu, kedua remaja ini meraih penghargaan Bronze Medal dalam ajang International Science, Technology and Engineering Competition (ISTEC) 2024, yang digelar di Bali pada 2 Mei 2024 lalu.
Ide membuat deterjen dari limbah buah itu, berawal dari keprihatinan Arvin dan Faiq akan efek samping dari deterjen biasa yang berpotensi menurunkan kualitas hidup manusia, lingkungan, dan juga makhluk hidup lain yang terdampak.
Deterjen Konvensional
Sudah menjadi rahasia umum, penggunaan deterjen konvensional yang tidak benar dan berlebihan dapat menimbulkan dampak yang kompleks meliputi pencemaran alam dan juga kesehatan, seperti iritasi, alergi, dan gangguan pernafasan.
Selain itu, beberapa bahan kimia dalam deterjen bisa mencemari air dan berkontribusi pada masalah eutrofikasi yang dapat merugikan ekosistem perairan.
“Dari hasil kajian yang kami lakukan, beberapa bahan yang terkandung dalam deterjen memiliki sifat toksisitas tinggi bagi organisme akuatik misalnya ikan dan invertebrata air," ungkap Arvin.
Faiq Farrasi Qiantori dan Arvin Muhammad Harshal. (Foto: Ist)
Apalagi, tambah Arvin, kebanyakan rumah tangga saat ini membuang limbah deterjen pada saluran yang biasanya bermuara ke sungai. "Jika hal ini berlangsung terus menerus maka di masa yang akan datang kestabilan ekosistem di sungai akan terganggu dan bisa jadi rusak,” jelasnya.
Kondisi tersebut, mengganggu pikiran Arvin dan Faiq, mereka lalu mencari ide agar bisa mengatasi kerusakan lingkungan yang disebabkan deterjen. "Setelah kami teliti ternyata buah nanas dan juga pepaya bisa menjadi bahan alternatif untuk membuat deterjen yang lebih ramah lingkungan,” imbuh Arvin.
Faiq menambahkan bahwa senyawa yang terkandung dalam buah nanas dan pepaya, yakni enzim bromelin dan papain, memiliki kemampuan unik untuk mengurai protein, lemak, dan kotoran yang menempel pada pakaian.
“Enzim bromelin yang terdapat dalam nanas dan enzim papain dalam pepaya adalah enzim protease yang sangat efektif dalam menguraikan noda protein seperti darah, susu, dan telur,” jelas Faiq.
Selain itu, menurut Faiq, enzim-enzim ini juga mampu bekerja pada suhu rendah, yang berarti proses pencucian bisa dilakukan tanpa harus menggunakan air panas, sehingga lebih hemat energi.
Kedua enzim ini juga biodegradable, yang berarti mereka mudah terurai secara hayati dan tidak meninggalkan residu berbahaya di lingkungan. Ini sangat berbeda dengan bahan kimia sintetis dalam deterjen konvensional yang sering kali sulit terurai dan berpotensi mencemari air.
Kedua siswa itu berharap, inovasi ini dapat menjadi langkah awal bagi masyarakat untuk lebih sadar akan pentingnya menjaga lingkungan.
"Dengan menggunakan produk-produk yang lebih ramah lingkungan, kita semua bisa berkontribusi dalam mengurangi pencemaran dan menjaga ekosistem,” tegas Arvin. (*)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait