Ketika hendak turun, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Musa AS dan diceriterakanlah apa yang telah diperintahkan Allha SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi Musa menyuruh Rasulullah untuk kembali menghadap Allah SWT untuk memohon keringanan perintah shalat, Allah SWT memberi keringanan kepada Nabi Muhammad SAW menjadi lima waktu untuk setiap harinya.
Allah SWT menjanjikan pahala yang sama bagi umat Nabi Muhammad SAW seperti melaksanakan shalat 50 waktu. Tim Asatidz Rumah Fiqih Indonesia (RFI), Ustadz Muhammad Saiyid Mahadhir MA menjelaskan, agungnya syariat sholat ini bahkan Allah SWT “harus” mengundang Rasulullah ke langit sana, disaat syariat lainnya bisa cukup diwakilkan oleh Jibril untuk disampaikan.
Abu Bakr Utsman bin Muhammad Syattha Ad-Dimyathy Al-Bakriy (w. 1300 H.) dalam kitab Hasyiah I’anah At-Tahlibin, jilid 1, halaman 37 menjelaskan, sepulangnya Rasulullah SAW dari langit pada subuhnya, ternyata di subuh itu Rasulullah SAW belum melaksanakan kewajiban shalat tersebut.
Saat itu, belum ada penjelasan teknis sholat yang diwajibkan itu seperti apa. Barulah di Dhuhurnya Rasulullah SAW mulai melaksanakan kewajiban shalat yang sudah disyariatkan tersebut.
Imam An-Nawawi menuliskan pada bab mawaqit as-shalah/waktu-waktu shalat dalam kitabnya Al-Majmu’, jilid 3, menerangkan, keesokan harinya setelah Rasulullah diperjalankan hingga ke langit tujuh dan subuhnya pulang kembali ke rumahnya, lalu malaikat Jibril datang kepada Rasulullah untuk mengajarkan tata cara sholat dan waktu-waktunya tepat pada waktu Dhuhur bukan subuh.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait