HIKMAH JUMAT : Berhati-hatilah Memilih Teman

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si.
Teman setia atau sahabat kita adalah cerminan diri kita sendiri. Jika kita berteman setia dengan orang yang berakhlak baik, maka in syaa Allah begitulah diri kita. (Foto: Ist)

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang

MANUSIA ADALAH makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial maka dalam hidup dan kehidupannya manusia pasti membutuhkan orang lain sebagai teman hidupnya. Tak ada satu pun manusia yang dapat hidup dan memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya dengan sempurna secara sendirian.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teman memiliki makna yang sama dengan sahabat atau kawan. Maknanya adalah orang bersama-sama bekerja (berbuat, berjalan), lawan (bercakap-cakap), atau orang yang menjadi pelengkap (pasangan).

Terkait dengan teman, Sayyidina Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah pernah ditanya tentang jumlah teman dekatnya. Mendapat pertanyaan seperti itu, beliau mejawab: “Aku tidak mengetahuinya sekarang karena saat ini dunia sedang berada di pihakku.”

Selanjutnya, Sayyidina Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah juga menjawab: ”Semua orang (ingin menjadi) teman dekatku. Aku baru tahu berapa jumlah temanku itu besok nanti pada saat dunia meninggalkanku.”

Sayyidina Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah pun memberikan penjelasan bahwa: “Sebaik-baik teman adalah orang yang mendekat kepadaku di saat dunia meninggalkanku (tidak kaya dan tidak berkuasa lagi).”

Begitulah salah satu cara mengidentifikasi sekaligus menentukan siapa teman kita, tepatnya teman sejati atau sahabat, setidaknya menurut versi Sayyidina Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah. Lalu bagaimana konsep pertemanan di dalam Islam sendiri?

Mari kita perhatikan sabda Baginda Rasulullah SAW berikut ini: “Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).

Pada hadits di atas, Baginda Rasulullah SAW menekankan pentingnya kita selektif dalam memilih teman, terlebih lagi yang akan menjadi teman setia atau sahabat kita. Pilihlah orang-orang shalih dan berakhlak baik sebagai teman setia atau sahabat kita.


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto: Ist)
 

Teman setia atau sahabat kita adalah cerminan diri kita sendiri. Jika kita berteman setia dengan orang yang berakhlak baik, maka in syaa Allah begitulah diri kita. Walaupun mungkin kita belum berakhlak baik, setidaknya kita memiliki teman yang akan selalu mengingatkan dan mengajak kita untuk berakhlak baik.

Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik (shalih) dan teman yang jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya itu atau engkau membeli darinya atau engkau hanya akan mencium aroma harumnya itu. Sedangkan peniup api pandai besi, mungkin akan membakar bajumu atau engkau mencium darinya bau yang tidak sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Berdasarkan hadits di atas, maka kualitas teman sejati terbaik kita dapat diukur dari iman dan takwanya. Sahabat Abu Sa’id Al-Khudri pernah menjelaskan bahwa Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Jangalah kamu bersahabat kecuali dengan orang mukmin yang bertakwa.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

Para ulama memberikan nasihat kepada kita agar selalu dekat (berteman setia atau bersahabat) dengan orang-orang shalih. Sebagaimana para ulama dan orang-orang shalih terdahulu tatkala mereka kurang bersemangat dalam ibadah, maka mereka pun mendatangi orang-orang shalih lainnya.

Al Fudhail bin ‘Iyadh berkata: “Pandangan seseorang yang mukmin kepada orang mukmin lainnya akan mengilapkan hati.” Perkataan Al Fudhail ini mengandung makna bahwa hanya dengan memandang orang shalih, hati seseorang bisa kembali menjadi tegar.

Sementara itu, Al Ghazali mengatakan: “Bersahabat dan bergaul dengan orang-orang yang pelit, akan mengakibatkan kita tertular pelitnya. Sedangkan bersahabat dengan orang yang zuhud, membuat kita juga ikut zuhud dalam masalah dunia. Karena memang asalnya seseorang akan mencontoh teman dekatnya.”

Selanjutnya, mari kita perhatikan firman Allah Ta’ala yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).” (QS. At-Taubah [9]: 119).

Pada ayat di atas, Allah memerintahkan kepada kita agar berteman setia dengan orang-orang yang benar (jujur). Teman yang seperti itulah yang akan mampu membawa, menjaga, dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala.

Teman setia atau sahabat kita adalah cerminan diri kita sendiri. Jika kita berteman setia dengan orang yang berakhlak baik, maka in syaa Allah begitulah diri kita. (Foto: Ist)
 

Sebaliknya, jika kita berteman setia dengan orang-orang fasik atau orang-orang kafir, maka Allah Ta’ala telah mengingatkan kita melalui firman-Nya yang artinya: “Dan teman-teman mereka (orang-orang kafir dan fasik) membantu syaitan-syaitan dalam menyesatkan dan mereka tidak henti-hentinya (menyesatkan).” (QS. Al-A’raaf [7]: 202).

Begitu mengerikannya dampak dari salah dalam memilih teman setia atau sahabat. Oleh karenanya berhati-hatilah dalam memilih teman setia atau sahabat. Jangan sampai di akhirat nanti kita termasuk orang-orang yang menyesali diri karena salah dalam memilih teman.

Allah Ta’ala menceritakan penyesalan orang dzalim melalui firman-Nya yang artinya: “Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.” (QS. Al-Furqan [25]: 28-29).

Pada hari kiamat nanti, kita akan dikumpulkan dengan seluruh teman setia atau sahabat kita. Orang beriman dan bertakwa, maka akan dikumpulkan dengan orang yang beriman dan bertakwa pula. Sebaliknya, orang yang dzalim maka akan dikumpulkan bersama orang dzalim pula.

Perhatikan firman Allah Ta’ala yang artinya: (kepada malaikat diperintahkan): “Kumpulkanlah orang-orang yang dzalim beserta teman-teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah.” (QS. Ash-Shafat [37]: 22).

Berteman setialah dengan orang-orang terbaik pilihan Allah, karena jika kita berteman setia dengan mereka, kita tidak hanya berkumpul bersama di dunia ini, namun juga tetap bersama di surga-Nya nanti. Teman setia terbaik pilihan Allah Ta’ala terdapat pada firman-Nya yang artinya:

“Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, (yaitu): para nabi, para shiddiiqiin (pecinta kebenaran), orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisaa [4]: 69).

Berdasarkan uraian di atas, maka janganlah kita menganggap enteng permasalahan memilih teman, khususnya teman setia atau sahabat. Karena selamat dan tidaknya kita di dunia terlebih lagi nanti di akhirat, juga ditentukan oleh pertemanan atau persahabatan yang kita lakukan di dunia ini. (*)


Kualitas teman sejati terbaik kita dapat diukur dari iman dan takwanya. (Foto: Ist)
 
 

Wallahu a’lam bish-shawab.

 

 

 

Editor : Syahrir Rasyid

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network