Kehancuran Pemimpin Zalim
Sejarah membuktikan bahwa kepemimpinan yang didasarkan pada kezaliman tidak bertahan lama. Allah Ta’ala mengabadikan kisah para pemimpin zalim di dalam Al-Qur’an untuk dijadikan sebagai pelajaran bagi siapa pun yang mau mengambil pelajaran.
Salah satu pemimpin yang zalim yang kisahnya diabadikan dalam Al-Qur’an adalah kisah Raja Namrud dari Babilonia yang berkuasa di masa Nabi Ibrahim A.S. Raja Namrud adalah sosok pemimpin yang congkak, menindas rakyatnya, bahkan mengaku bahwa dirinya adalah Tuhan.
Atas kezalimannya itu, Allah Ta’ala mengirim Nabi Ibrahim A.S. untuk menyampaikan kebenaran, tetapi Namrud menolak dan bahkan menantang kekuasaan Allah Ta’ala. Allah Ta’alaberfiman yang artinya:
“Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah menganugerahkan kepadanya (orang itu) kerajaan (kekuasaan), (yakni) ketika Ibrahim berkata, “Tuhankulah yang menghidupkan dan mematikan.” (Orang itu) berkata, “Aku (pun) dapat menghidupkan dan mematikan.”
Ibrahim berkata, “Kalau begitu, sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Akhirnya, bingunglah orang yang kufur itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (QS. Al-Baqarah [2]: 258).
Allah Ta’ala akhirnya menghancurkan Raja Namrud melalui cara yang sangat sederhana. Allah Ta’ala mengirimkan nyamuk kecil yang masuk ke dalam hidungnya hingga ia meninggal dalam kesengsaraan.
Kisah di atas mengajarkan bahwa kezaliman sekecil apa pun, akan berakhir dengan kehancuran.Ingatlah wahai para pemimpin, bahwa sangat mudah bagi Allah Ta’ala menghancurkan kezaliman di dunia ini jika Dia berkehendak. Jika tidak dihancurkan di dunia, maka bersiaplah karena siksa di akhirat sudah menantimu.
Terkait dengan pemimpin yang zalim, maka kita pun sebagai rakyat biasa memiliki tugas yang setara dengan jihad. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Dawud).
Demikian pula dengan kontestasi Pilkada yang baru saja berlalu, penting kiranya kita mengambil pelajaran bahwa ketika kita salah memilih pemimpin, hanya karena mendapatkan amplop serangan fajar atau serangan dhuha, maka bersiaplah dengan penderitaan demi penderitaan, yang mungkin tidak hanya dirasakan dalam kurun waktu 5 tahun.
Oleh karena itu, sebagai rakyat biasa kita wajib lebih selektif dalam memilih calon pemimpin atau pun wakil rakyat. Pilihlah pemimpin atau wakil rakyat yang adil dan berintegritas sebagai bentuk tanggung jawab dan ikhtiar kita untuk mendapatkan pemimpin atau wakil rakyat yang terbaik. (*)
Sejarah membuktikan bahwa kepemimpinan yang didasarkan pada kezaliman tidak bertahan lama. (Foto: Ist)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait