HIKMAH JUMAT : Tawadhu dan Qana’ah: Dua Akhlaq yang Membawa Kedamaian Hidup

PENULIS : Dr. Abidin, ST., M.Si.
Tawadhu adalah tanda kematangan iman dan kebesaran hati. Orang yang benar-benar beriman tidak mencari pujian dari manusia. (Foto: Ist)

Makna dan Hakikat Qana’ah

Setelah tawadhu, akhlaq agung lainnya yang dapat membawa kedamaian hidup adalah qana’ah, yaitu merasa cukup atas rezeki yang telah diberikan Allah. Qana’ah bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan menerima hasil usaha dengan lapang dada sambil terus bersyukur.

Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Beruntunglah orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan Allah menjadikannya qana’ah terhadap apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim)

Orang yang qana’ah tidak iri terhadap rezeki orang lain, karena ia yakin bahwa pembagian rezeki telah ditentukan Allah secara adil. Ia berusaha sekuat tenaga, tetapi hatinya tidak digantungkan pada hasil, melainkan pada ridha Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).” (QS. At-Thalaq [65]: 2–3)

Ayat ini menegaskan bahwa kecukupan sejati datang bukan dari banyaknya harta, tetapi dari keyakinan bahwa Allah yang mencukupkan. Ketenangan jiwa bukan dari jumlah yang banyak, tetapi dari rasa qanaah yang menghujam di dalam hati.

Seseorang yang memiliki sifat qana’ah akan memancarkan ketenangan dalam hidupnya. Di antara tanda-tanda orang yang qana’ah yang pertama adalah tidak berlebihan dalam keinginan dunia.
Ia tidak memaksakan diri untuk mengejar hal yang melampaui kemampuannya.

Orang yang qanaah paham bahwa dunia hanyalah tempat singgah sementara, sehingga banyak atau sedikitnya harta bukanlah ukuran yang sejati. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Kekayaan bukanlah banyaknya harta, tetapi kekayaan adalah kekayaan hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tanda qanaah yang kedua dalah selalu bersyukur dan tidak mengeluh. Dalam setiap keadaan, ia melihat sisi positif dan nikmat Allah yang masih banyak. Pikirannya dipenuhi oleh sikap husnudzon kepada siapa pun, terlebih lagi kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Yang ketiga adalah tidak iri terhadap rezeki orang lain. Sebab ia tahu, setiap orang memiliki takdir dan ujian masing-masing, dan yang terakhir adalah hidup sederhana dan fokus pada kebahagiaan batin, sehingga tidak stres dan cemas dengan kehidupan.


Orang yang qana’ah tidak iri terhadap rezeki orang lain, karena ia yakin bahwa pembagian rezeki telah ditentukan Allah secara adil. (Foto: Ist)
 


Editor : Syahrir Rasyid

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network