Keterkaitan Antara Tawadhu dan Qana’ah
Tawadhu dan qana’ah adalah dua sisi dari koin yang sama. Keduanya melahirkan kedamaian jiwa dan keharmonisan sosial. Orang yang tawadhu akan mudah qana’ah, sebab ia tidak menganggap dirinya lebih tinggi dan tidak merasa berhak atas segala sesuatu.
Sebaliknya, orang yang qana’ah akan mudah tawadhu, karena hatinya tidak dikuasai oleh keserakahan atau keinginan untuk dipuji. Jika kesombongan dan ketamakan adalah sumber keresahan, maka tawadhu dan qana’ah adalah obatnya.
Keduanya menjadikan manusia lebih dekat kepada Allah dan lebih lembut terhadap sesama.
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Berendahhatilah kamu sekalian, karena sesungguhnya tawadhu termasuk sebagian dari iman; dan tidaklah seseorang bertawadhu karena Allah melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Ahmad)
Dalam konteks kehidupan modern, banyak orang dewasa yang tertekan oleh tuntutan sosial dan ekonomi. Media sosial memperkuat rasa kompetitif: siapa yang lebih sukses, siapa yang lebih kaya, siapa yang lebih bahagia.
Di sinilah nilai tawadhu dan qana’ah menjadi penyelamat mental dan spiritual. Sikap ini mengajarkan bahwa kebahagiaan bukanlah tentang siapa yang memiliki lebih banyak, tetapi siapa yang paling bersyukur dan paling rendah hati.
Seorang Muslim yang tawadhu akan menghormati siapapun tanpa memandang status, sementara yang qana’ah akan tetap tenang meski dunia tidak selalu berpihak. Inilah rahasia kedamaian yang diajarkan Islam yakni keseimbangan antara usaha duniawi dan ketenangan ukhrawi.
Tawadhu dan qana’ah adalah dua akhlaq yang saling melengkapi dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia modern. Tawadhu menjauhkan kita dari kesombongan, sedangkan qana’ah menjauhkan kita dari ketamakan.
Keduanya membentuk pribadi yang tenang, bersyukur, dan penuh kasih terhadap sesama. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh beruntung orang yang hatinya dijadikan Allah tunduk kepada-Nya, lidahnya dijadikan jujur, dan jiwanya dijadikan qana’ah terhadap rezekinya.” (HR. At-Tirmidzi). (*)
Dalam konteks kehidupan modern, banyak orang dewasa yang tertekan oleh tuntutan sosial dan ekonomi. (Foto: Ist)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait
