JAKARTA, iNewsSerpong.id - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat, jumlah investor kripto mencapai 12,4 juta per Februari 2022, dengan perdagangan aset kripto mencapai Rp83,3 triliun.
”Pasar kripto memang berkembang pesat dalam waktu yang relatif singkat,” ujar Siska Lestari, Head of Growth Zipmex Indonesia. Meski demikian, Siska juga menyebut bahwa ada baiknya para investor terus belajar dan memperhatikan apa yang terjadi di pasar dengan volatilitas tinggi ini.
”Sebisa mungkin hindari perilaku fear of missing out atau FOMO hanya karena suatu tren koin sedang naik atau turun,” ujarnya. Menurut Siska, di platform perdagangan aset kripto Zipmex sendiri pihaknya terus berupaya memberi edukasi kepada investor kripto.
Antara lain lewat peluncuran audiobook playlist Crypto 101 hingga podcast. “Pastikan juga untuk memilih platform exchange kripto yang terdaftar dan diawasi oleh Badan Pengawas Berjangka Komoditi (Bappebti) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo),” beber Siska.
Adapun Siksa menyebut bahwa bulan Maret dapat dikatakan sebagai bulan konsolidasi, di mana terjadi perpindahan aset kripto dari investor jangka pendek (short term holder) ke investor jangka panjang (long term holder).
Perpindahan aset kripto ke long term holder ini didukung oleh fakta bahwa para investor besar (whale) terlihat masih melanjutkan akumulasi Bitcoin mereka yang telah dimulai sejak 23 Januari 2022 lalu, yang direfleksikan oleh data Coinbase Premium Index.
Dibanding periode Maret 2020 ketika pasar saham S&P berada pada titik terendahnya, Bitcoin telah mengalami kenaikan sebesar lebih dari 550% pada Maret 2022 ini.
Selain akumulasi whale dan meningkatnya jumlah long term holder, kenaikan ini didukung juga data bahwa jumlah Bitcoin di bursa perdagangan tersentralisasi (exchange) mengalami titik terendahnya dalam tiga tahun terakhir.
"Saat ini, total Bitcoin yang bersirkulasi di exchange diestimasikan sebesar 2,5 juta atau hanya sekitar 13,2% dari jumlah keseruan Bitcoin yang beredar pada November 2018,” ungkapnya.
Pada Maret 2022, Bitcoin bergerak pada rentang harga USD37.000 hingga USD47.000. Menariknya, titik harga USD47,000 ini justru baru dicapai pada akhir Maret. Hal yang sama juga terjadi pada Ethereum, yang bergerak pada rentang USD2.470 dan USD3.300 dengan level harga tertingginya USD3.300, juga terjadi pada akhir Maret ini.
Seiring bergairahnya harga Bitcoin, beberapa aset kripto juga turut menorehkan capaian yang cukup menjanjikan yang diimbangi dengan kenaikan harga secara signifikan. Contohnya adalah Axie Infinity (AXS), Loopring (LRC), dan Ethereum Classic (ETC) yang sempat menorehkan kenaikan harga hingga sekitar 60% pada akhir Maret lalu sebelum kemudian mengalami koreksi minor.
Selain itu, dapat dilihat juga bahwa aset kripto second liner atau aset kripto menengah lainnya seperti Zilliqa, Holo, Convex, Apecoin, Vechain, Filecoin, dan Internet Computer (ICP) juga mengalami lonjakan harga cukup signifikan.
Ultra Zilliqa misalnya, memimpin dengan menorehkan kenaikan sebesar lebih dari 150% setelah mengumumkan bahwa Metapolis, sebuah platform Metaverse as a service (MaaS) Zilliqa akan bekerja sama dengan Agora.
”Penting untuk memperhatikan perkembangan dinamika pasar. Salah satunya dengan melihat top gainer dan top loser dari aset kripto di pasar. Top gainer adalah koin yang mengalami peningkatan harga paling tinggi dan terjadi dalam satu hari perdagangan. Sedangkan top loser adalah koin yang mengalami penurunan harga paling tinggi pada hari tersebut,” beber Siska. (*)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait