Pertanda Apa Ini? Semakin Banyak Politisi Muslim Menang Pilkada Amerika Serikat

Anton Suhartono
Gelombang kemenangan politisi Muslim dalam pilkada AS, termasuk Zohran Mamdani, menjadi fenomena politik yang menarik perhatian (Foto: AP)

WASHINGTON, iNewsSerpong.id – Fenomena politik telah mencuri perhatian warga Amerika Serikat (AS). Gelombang kemenangan politisi Muslim dalam pemilihan kepala daerah di AS tahun ini makin meningkat.

Setelah Zohran Mamdani mencatat sejarah sebagai wali kota Muslim pertama di New York, lima politisi Muslim lainnya juga berhasil meraih posisi strategis di berbagai kota, bahkan hingga tingkat wakil gubernur negara bagian.

Menurut Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), total enam politisi Muslim telah dan akan memimpin jabatan eksekutif daerah, ditambah lebih dari 30 kandidat Muslim lainnya yang menang di tingkat lokal dan legislatif.

Lanskap Sosial dan Politik AS

Fenomena ini bukan hanya soal jumlah, tetapi juga menandai perubahan besar dalam lanskap sosial dan politik AS.

Apa makna di balik meningkatnya kemenangan politisi Muslim di negeri yang pernah dilanda gelombang Islamofobia pasca-11 September?

1. Muslim Kian Diterima di Ranah Politik AS

Kemenangan para tokoh Muslim seperti Zohran Mamdani (New York), Abdullah Hammoud (Dearborn), Mo Baydoun (Dearborn Heights), Faizul Kabir (College Park), Ted Green (East Orange), hingga Ghazala Hashmi (Wakil Gubernur Virginia), menggambarkan era baru keterbukaan politik Amerika.

Dulu, identitas Muslim sering menjadi hambatan elektoral. Kini justru menjadi bagian dari keragaman yang dirayakan.

CAIR menyebut, “Muslim Amerika kini tak lagi hanya jadi penonton politik, tapi menjadi pembuat keputusan.”

2. Dampak Perubahan Demografi

Komunitas Muslim tumbuh pesat dalam dua dekade terakhir, terutama di Michigan, New Jersey, dan Virginia. Generasi muda yang terdidik, aktif, dan vokal membuat suara Muslim semakin diperhitungkan.

Koalisi progresif multirasial menjadi pendorong kemenangan figur seperti Mamdani dan Hammoud, yang dinilai membawa nilai keadilan sosial dan inklusivitas.

3. Politik Identitas yang Berbalik Arah

Jika dulu identitas agama acap digunakan untuk memojokkan kandidat Muslim, kini justru menjadi simbol kebangkitan minoritas.

Pemilih muda—Demokrat maupun independen—lebih menilai kapasitas dan visi ketimbang latar belakang agama.

Seorang pengamat Brookings Institution menyebut fenomena ini sebagai “kemenangan Amerika yang lebih inklusif”.

Editor : Syahrir Rasyid

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network