JAKARTA, iNewsSerpong.id – Kasus obesitas di Indonesia terus meningkat dan kini menjadi masalah kesehatan serius.
Kondisi ini tak hanya berkaitan dengan penambahan berat badan, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes, gangguan jantung, stroke, hingga kanker.
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan tren yang mengkhawatirkan.
Dalam lima tahun terakhir, angka obesitas pada orang dewasa naik dari 21,8% menjadi 23,4%, sementara obesitas perut melonjak dari 31% menjadi 36,8%.
Persoalan Ukuran Tubuh
Fenomena ini mendapat perhatian serius dari dr M Ingrid Budiman, SpGK, AIFO-K, Dokter Spesialis Gizi Klinik Bethsaida Hospital.
Menurutnya, obesitas bukan sekadar persoalan ukuran tubuh, tetapi kondisi medis yang memengaruhi banyak fungsi penting dalam tubuh.
“Banyak orang menganggap obesitas cuma persoalan fisik. Padahal, obesitas bisa memengaruhi jantung, pernapasan, gula darah, hingga kualitas tidur. Ini bukan hal sepele,” tegas dr Ingrid dalam keterangan resminya, Jumat (28/11/2025).
Ia menambahkan, lemak perut adalah yang paling berbahaya, karena dapat memicu berbagai penyakit seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung, stroke, sleep apnea, hingga beberapa jenis kanker.
“Pada laki-laki, lingkar perut lebih dari 90 cm perlu diwaspadai. Sementara pada perempuan, batas amannya adalah 80 cm,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, dr Ingrid juga meluruskan anggapan soal diet cepat. Menurutnya, diet yang menjanjikan penurunan berat badan drastis biasanya hanya mengurangi cairan tubuh dan massa otot, bukan lemak.
“Tubuh menganggap diet ketat sebagai kondisi krisis energi. Metabolisme melambat, tubuh mudah lelah, hormon jadi tidak stabil, dan berat badan cepat naik lagi setelah diet berhenti,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa penurunan berat badan sehat harus dilakukan perlahan dan berkelanjutan, bukan cepat tetapi berisiko.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait
