Selain itu, Syurya mengkritik cara Ferry membingkai gerakan donasi yang seolah-olah menempatkan negara dalam posisi absen. Dalam perspektif komunikasi politik, pola ini dinilai sebagai upaya menciptakan framing 'negara gagal' di tengah kerja nyata pemerintah di lapangan.
“Donasi adalah tindakan mulia. Tapi ketika cara membungkusnya dengan pesan yang menyudutkan negara, maka nilainya bergeser dari kemanusiaan menjadi alat pembentukan opini politik,” tandasnya.
Syurya menegaskan bahwa narasi provokatif tersebut berisiko memunculkan distrust (ketidakpercayaan) masyarakat terhadap sistem dan institusi negara. Ia juga mengingatkan bahwa kritik harus disampaikan secara etis dan berbasis data.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait
