HIKMAH JUMAT : Terbaik Menurut Allah

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si.
Belajarlah ridha dalam menerima ketetapan Allah, In syaa Allah semuanya itu adalah ketetapan yang terbaik dari Allah SWT. (Foto/Ilustrasi : Ist)

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma & Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina)

AL KISAH ada seorang raja yang memiliki hobi berburu di hutan belantara. Setiap kali berburu dia selalu mengajak para pengawalnya dan tidak tertinggal sahabat dekatnya sekaligus penasihat pribadinya.

Suatu ketika dia berburu di dalam hutan dan berhasil medapatkan seekor rusa. Begitu senangnya hati sang raja, sehingga dia langsung menyembelih sendiri rusa tersebut menggunakan golok yang sangat tajam.

Pada saat menyembelih rusa tersebut, tanpa disadari oleh sang raja, golok yang sangat tajam tadi mengenai dan memotong jari sang raja sendiri. Putuslah salah satu jari tangan sang raja.

Karena kejadian itu, sang raja mengajak seluruh pengawal pribadi serta penasihatnya untuk segera pulang dan kembali ke istana.

Sang raja sangat sedih dan kesakitan sepanjang jalan pulang menuju istananya. Para pengawal berusaha untuk menghibur sang Raja, tak tertinggal pula sahabat sekaligus penasihat pribadinya.

“Tuanku yang mulia, In syaa Allah, terpotongnya jari Tuanku adalah yang terbaik dari Allah.”, kata sang penasihat. Mendengar nasihat dari sahabatnya itu, sang raja bukannya tenang, justru sebaliknya.

“Maksud kamu apa? Jariku terpotong itu adalah yang terbaik untukku?”, sang raja marah.

“Sahabat macam apa kamu ini?”, lanjut sang raja.

“Aku ini menjadi cacat gara-gara jariku terpotong. Itu yang terbaik dari Allah katamu?”, sang raja semakin marah.

Melihat dan mendengar kemarahan sang raja, sahabat sekaligus penasihatnya itu hanya bisa terdiam. Begitu juga para pengawal pribadinya, tidak ada yang berani bicara lagi sepanjang perjalanan menuju istana.

Akhirnya seluruh rombongan tiba di istana. Sang raja yang masih menyimpan kemarahan, kemudian memerintahkan kepada pengawalnya untuk memasukkan sahabatnya itu ke dalam penjara.

Sang sahabat dengan pasrah tanpa perlawanan dan pembelaan sedikit pun, menerima keputusan sang raja yang memasukkannya ke dalam penjara. Dia sepertinya sudah menduga risiko dari nasihat yang ia sampaikan kepada sang raja.

“Rasakan, ini semua akibat dari ucapan kamu yang sembarangan itu!” kata sang raja.

Sang penasihat pun menjawab: “In syaa Allah ini terbaik yang Allah berikan untukku.”

“Kamu masih mengatakan dipenjara sebagai sesuatu yang terbaik dari Allah?”, tanya sang raja.

“Ya, betul.”, jawab sang penasihat singkat.

Raja pun pergi meninggalkan sahabatnya itu di penjara sambil menggeleng-gelengkan kepalanya karena tidak mengerti dengan jalan pikiran sahabat sekaligus penasihatnya itu.

Bulan berganti bulan, sang penasihat ada di dalam penjara dan jari sang raja pun sudah sembuh. Sang raja rindu untuk kembali berburu ke hutan belantara. Akhirnya dia mengajak kembali pengawal pribadi dan penasihat barunya untuk berburu.

Kali ini sang raja mengajak berburu ke hutan belantara yang belum pernah dia datangi sebelumnya. Tidak ada satu pun orang yang bersama sang raja yang telah mengenal seluk beluk hutan tersebut.

Akhirnya mereka pun tersesat di dalam hutan dan bertemu dengan penduduk hutan tersebut yang tengah mencari mangsa untuk dijadikan tumbal. Sang raja dan seluruh pengawal serta penasihat barunya pun ditangkap oleh penduduk hutan tersebut untuk dijadikan tumbal.

Raja dan seluruh rombongannya satu per satu diperiksa seluruh bagian tubuhnya. Tibalah giliran sang raja yang diperiksa. Sang raja diperiksa dengan cermat oleh penduduk hutan dan akhirnya sang rajapun dilepaskan.

Rupanya penduduk hutan tidak mau memberikan tumbal manusia yang memiliki cacat di bagian tubuhnya. Sang raja pun langsung berlari terbirit-birit berusaha sekuat tenaga keluar dari dalam hutan belantara sendirian.

Sang rajapun akhirnya berhasil keluar dari hutan belantara dan tiba di istananya dengan selamat. Sesaat dia merenung dan memikirkan peristiwa yang menimpa diri dan rombongannya. Tiba-tiba dia teringat akan sahabat lamanya yang kini ada di dalam penjara kerajaan.

Kemudian sang raja memanggil penjaga penjara dan memerintahkannya untuk mengeluarkan sahabatnya itu dari penjara dan membawanya ke hadapannya. Sahabat sekaligus mantan penasihat raja itu pun datang menemui sang raja.

“Wahai sahabatku, ternyata apa yang engkau katakan dulu adalah benar adanya. Andaikan jariku tidak terpotong dulu, mungkin saat ini aku sudah dibunuh dan dijadikan tumbal oleh penduduk hutan seperti para pengawal dan penasihatku yang baru itu.”, kata sang raja.

“Bagaimana perasaanmu kepadaku setelah sekian lamanya engkau aku penjarakan?”, tanya sang raja.

“Aku bersyukur kepada Allah, dan In syaa Allah ini yang terbaik untukku.”, kata sang penasihat.

“Apa maksudmu? Apakah engkau tidak membenci dan dendam kepadaku?”, sang raja penasaran.

“Yang mulia, engkau adalah raja sekaligus sahabatku. Aku sama sekali tidak membenci apalagi dendam kepadamu. Aku berterima kasih kepadamu karena telah mempenjarakanku dan tentunya aku bersyukur kepada Allah atas apa yang terjadi kepadaku.”, jelas sang penasihat.

“Andaikan engkau tidak mempenjarakanku, tentu pada saat engkau akan berburu kemarin, pasti engkau akan mengajakku. Mungkin aku pun akan dibunuh dan dijadikan tumbal oleh penduduk hutan itu.”, tambah sang penasihat.

“Alhamdulillah, karena engkau mempenjarakanku, engkau pun tidak mengajakku berburu, akhirnya akupun selamat dan tidak menjadi tumbal seperti para pengawal dan penasihatmu yang baru itu.”, kata sang penasihat.

Sang rajapun terdiam dan kini dia baru memahami setiap ucapan yang disampaikan oleh sahabat sekaligus penasihatnya itu.

Dari kisah penuh hikmah di atas, kita mendapatkan pelajaran bahwa setiap kejadian yang menimpa kepada diri kita, itu adalah yang terbaik menurut Allah SWT. Apapun kejadian tersebut, meskipun kita tidak menyukainya.

Allah SWT berfirman: “Boleh jadi kamu membeci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).

Oleh karenanya, bagi siapa pun yang hari ini mengalami kejadian yang tidak diinginkan, seperti kerugian dalam berbisnis, tertinggal pesawat, atau batal pergi ibadah haji karena aturan yang diberikan pemerintah Arab Saudi, yakinilah semua itu adalah ketetapan dari Allah SWT.

Belajarlah ridha dalam menerima ketetapan Allah, in syaa Allah semuanya itu adalah ketetapan yang terbaik dari Allah SWT untuk kita.         

Wallahu a’lam bish-shawab.


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)

Editor : Syahrir Rasyid

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network