“Semua utusanku telah aku kirimkan kepadamu wahai sahabatku.” jawab Malaikat Izrail.
“Tapi mana, mana utusanmu itu?” tanya Nabi Yaqub penasaran.
“Bukannya dulu rambutmu hitam, tetapi kini sudah memutih? Bukannya dulu badanmu tegak, dan kini sudah membungkuk? Bukannya dulu badanmu kuat dan kekar, tetapi kini sudah lemah?” tanya Malaikat Izrail.
Nabi Yaqub hanya menganggukkan kepalanya menjawab setiap pertanyaan yang disampaikan Malaikat Izrail.
“Wahai Nabi Yaqub sahabatku, itulah di antara utusan-utusanku yang aku kirim kepadamu dan seluruh Bani Adam, sebagai pertanda semakin dekatnya waktu kematian.” jelas Malaikat Izrail.
Berdasarkan kisah di atas, sudah adakah tanda-tanda itu pada diri kita?
Bersiaplah wahai saudaraku.
Memang tidak semua yang meninggal harus memiliki tanda-tanda seperti pada kisah di atas. Karena pada dasarnya, kematian adalah hak prerogatif Allah.
Kapan, dimana, dan dengan cara apa, hanya Allah yang tahu. Yang jelas, setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Allah SWT berfirman :
“Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan serta kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kamilah kamu akan dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35).
Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita semua agar kita senantiasa mengingat kematian. Tujuannya adalah agar kehidupan kita menjadi lebih terarah dan diisi dengan amal-amal shalih sebagai bekal menuju alam keabadian.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda: “Perbanyaklah kalian dalam mengingat penghancur segala kelezatan dunia, yaitu kematian.”
Banyak manusia yang sibuk memikirkan dan mengupayakan agar hidupnya enak. Namun, hanya sedikit manusia yang sibuk memikirkan dan mengupayakan agar matinya enak.
Rasulullah SAW menjelaskan tentang sakitnya sakaratul maut dalam sabdanya: “Sakitnya sakaratul maut bagaikan tusukan (dalam riwayat lain disebutkan sabetan) tiga ratus pedang.” (HR. At-Tirmidzi).
Editor : Syahrir Rasyid