get app
inews
Aa Text
Read Next : Aming Ubah Penampilan Jadi Macho, Bukan karena Hijrah

HIKMAH JUMAT : Anda Mau Hijrah Kemana?

Jum'at, 05 Agustus 2022 | 06:37 WIB
header img
Apakah hijrah masih relevan dengan kondisi saat ini? Hijrah di bidang digital. (Foto/Ilustrasi : Ist)

Sebuah pertanyaan yang menggelitik tentang hijrah masa kini. Tidak banyak ummat Islam yang mencoba memaknai setiap pergantian tahun baru hijriyah dengan bertanya seperti itu.

Pada era perjuangan Rasulullah SAW beserta para sahabatnya, hijrah adalah sebuah solusi sekaligus strategi untuk membangun kekuatan Islam di kota Madinah. Hijrah saat itu, bukan lagi hanya anjuran dari Rasulullah SAW, melainkan langsung perintah dari Allah SWT.

Hijrah saat itu, dilakukan dengan berpindah tempat tinggal dari kota Mekah menuju kota Madinah. Hijrah seperti ini disebut hijrah makaniyah. Sejatinya terjadi tiga kali hijrah makaniyah pada era Rasulullah SAW.

Yang pertama yaitu hijrah ke Habasyah atau Ethiopia sekarang, yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah SAW. Hijrah yang kedua adalah ke Thaif dan yang ketiga adalah hijrah ke Yatsrib yang kemudian berganti nama menjadi kota Madinah. Hijrah yang kedua dan ketiga dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

Selain hijrah makaniyah, terdapat pula hijrah maknawiyah.

Rasulullah SAW bersabda: “Seorang muslim adalah seseorang yang menghindari menyakiti muslim lainnya dengan lidah dan tangannya. Sedangkan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan semua yang dilarang oleh Allah SWT.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Secara bahasa, hijrah berarti meninggalkan, menjauhkan diri, dan berpindah tempat. Dengan kata lain, seseorang dikatakan berhijrah jika ada sesuatu yang ditinggalkan dan ada sesuatu yang dituju.

Apakah hijrah masih relevan dengan kondisi saat ini?

Jawabannya adalah tentu sangat relevan. Bukankah Rasulullah SAW dan para sahabatnya berhijrah salah satunya adalah untuk menghindari musuh Islam?

Siapa musuh kita dalam menjalankan ketaatan kepada Allah saat ini?

Musuh kita saat ini sangat beragam, licin, bahkan sangat dahsyat serangannya.

Yang pertama adalah cinta dunia yang berlebihan, tak terkendali hingga mendorong manusia menjadi lupa daratan. Cinta dunia inilah yang mendorong manusia untuk melakukan kejahatan dan kemaksiatan.

Musuh yang kedua adalah hawa nafsu yang selalu dituruti. Hawa nafsu sejatinya harus dikendalikan. Namun, sebagian orang justru malah memperturuti hawa nafsunya. Hawa nafsu seperti ini akan membawa manusia ke dalam jurang kenistaan dan penyesalan yang tiada akhir.

Yang ketiga adalah setan gaib. Setan gaib senantiasa membisikan ke dalam hati seseorang untuk berbuat maksiat. Dia mengikuti aliran darah manusia. Setan jenis ini relatif masih bisa diatasi dengan membaca berbagai do’a perlindungan.


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut