Beliau adalah panutan yang sangat tepat bagi setiap diri kita dan bagi siapa saja yang hendak menjadi pemimpin. Bahkan sifat-sifat kepemimpinan beliau dapat dijadikan sebagai panduan bagi kita dalam memilih calon pemimpin.
Jika kita meneladani Baginda Rasulullah SAW dalam hal kepemimpinan, maka setidaknya ada empat sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Keempat sifat ini pula, sekaligus dapat kita jadikan sebagai kriteria dalam memilih pemimpin.
Keempat sifat itu adalah shidiq (jujur / berintegritas), amanah (dapat dipercaya), fathonah (cerdas), dan tabligh (komunikatif / transparan). Jadilah dan pilihlah calon pemimpin yang memiliki sifat jujur atau berintegritas. Rekam jejaknya jelas, tidak memiliki catatan kasus walaupun itu baru berupa dugaan.
Jadilah dan pilihlah calon pemimpin yang dapat dipercaya. Pemimpin atau calon pemimpin harus dapat dipegang ucapannya. Jangan sampai kita menjadi pemimpin atau memilih pemimpin yang ucapan atau janjinya berbeda di pagi dan sore hari. Janganlah jadi pemimpin atau memilih pemimpin yang plin-plan tak punya pendirian, sehingga cenderung ucapannya menjadi kebohongannya.
Jadilah dan pilihlah calon pemimpin yang cerdas. Kecerdasannya diakui oleh orang lain tidak hanya dalam prestasi akademik, namun juga kecerdasan lainnya. Cerdas dalam memahami perasaan dan harapan bawahan atau rakyatnya, cerdas dalam mengimplementasikan janji-janji politiknya.
Jadilah dan pilihlah calon pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan dengan baik terhadap banyak pihak. Tutur katanya dipahami dan dimengerti oleh bawahan atau rakyatnya, bahkan oleh pemimpin-pemimpin lainnya.
Selain itu, pemimpin yang baik harus transparan terhadap seluruh amanah yang diberikan kepadanya. Tidak melakukan pat-gulipat dan main-main dengan anggaran yang berada dalam kekuasaannya, sehingga semuanya dapat dipertanggungjawabkan dengan jelas.
Menjadikan Baginda Rasulullah SAW sebagai suri teladan adalah perintah dari Allah SWT, sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21).
Kerinduan kita kepada Baginda Rasulullah SAW juga dapat dibuktikan dengan senantiasa melakukan perbaikan dan perbaikan terus menerus terhadap akhlak kita. Perbaikan akhlak menjadi kunci untuk terciptanya negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Banyaknya pejabat yang korupsi, penegak hukum yang berkolusi, pemimpin dan wakil rakyat yang mengabaikan rakyatnya, prostitusi merajalela, serta kemaksiatan-kemaksiatan lainnya, itu semua bersumber dari adanya kebobrokan akhlak dari para pelakunya. Revolusi akhlak harus dilakukan.
Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)
Editor : Syahrir Rasyid