Baginda Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sebagaimana dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR. Baihaqi).
Kerinduan dan kecintaan kita kepada Baginda Rasulullah SAW dibuktikan dengan senantiasa menghiasi diri dengan akhlak mulia. Jadilah insan-insan yang bermanfaat dan mampu menginspirasi dalam hal kebaikan bagi siapa pun.
Sungguh Baginda Rasulullah SAW senantiasa mengharapkan kebaikan bagi seluruh umatnya. Beliau senantiasa khawatir terhadap umatnya, hingga umat akhir zaman seperti kita saat ini. Oleh karenanya, tidak ada lagi alasan bagi kita untuk tidak merasakan rindu dan cinta yang luar biasa untuk Baginda Rasulullah SAW.
Allah SWT berfirman yang artinya: “Sungguh telah datang seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung.” (QS. At-Taubah [9]: 126-127).
Subhanallah, ayat ini menjadi bukti betapa besar cinta dan sayangnya Baginda Rasulullah SAW kepada kita umatnya. Beliau tidak hanya mengkhawatirkan keselamatan kita hidup di dunia, namun lebih dari itu, beliau menghendaki keselamatan bagi kita di negeri akhirat.
Beliau adalah rahmat bagi semesta alam. Kehadirannya di muka bumi menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia. Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan Kami tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya [21]: 107).
Menurut Imam Ibnu Katsir, melalui ayat ini Allah SWT memberitahukan bahwa Dia (Allah) menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam. Maka barang siapa menerima rahmat ini dan mensyukurinya, berbahagialah dia di dunia dan akhirat. Barang siapa menolak serta mengingkarinya, maka merugilah dia di dunia dan akhiratnya.
Wallahu a’lam bish-shawab. (*)
Editor : Syahrir Rasyid