HIKMAH JUMAT : Hidup Harus Memilih
Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma & Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina
HIDUP adalah pilihan. Itu adalah sebait kata-kata yang sering kita dengar dan disampaikan terutama oleh para motivator. Pilihan kita hari ini, akan menentukan hasil yang kita raih di kemudian hari.
Hidup kita adalah hasil pilihan kita. Sejatinya, hari-hari yang kita jalani adalah rangkaian pilihan yang kita lakukan. Kita akan dihargai dan dinilai sesuai dengan pilihan-pilihan yang kita lakukan.
Akan jadi apa kita di masa depan, juga bergantung dari pilihan-pilihan yang kita lakukan saat ini. Oleh karenanya, perhatikan dan tetapkan pilihan terbaik kita hari ini, kemudian lakukanlah dengan cara yang terbaik dan bersiaplah untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Setiap insan yang hidup di muka bumi ini, seluruhnya diberikan waktu yang sama, yaitu 24 jam dalam sehari semalam. Tak ada yang lebih dan tak ada pula yang kurang dari itu. Pembedanya adalah pilihan-pilihan kita dalam memanfaatkan waktu dan kesempatan yang Allah berikan.
Untuk itu, Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima lima perkara: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang ajalmu.” (HR. Hakim).
Hadits di atas mengingatkan kepada kita bahwa pilihan kita menunda-nunda melakukan kebaikan atau beramal shalih, adalah pilihan yang justru akan membuat kita sulit dan tidak sanggup lagi untuk melakukan amal shalih.
Jika masa muda kita malas dalam beribadah, jangan berharap masa tua akan giat dalam beribadah. Jika dalam kondisi sehat kita enggan beramal shalih, jangan berharap pada saat sakit akan semangat dalam beramal shalih.
Jika saat kaya tidak mau bersedekah, maka jangan berharap masa fakir akan tambah rajin bersedekah. Jika masa luang saja enggan mengisinya dengan berbuat baik kepada sesama, jangan berharap pada masa sibuk akan sempat berbuat baik kepada sesama.
Jika masih diberikan kesempatan hidup saat ini saja kita masih enggan untuk beribadah dan bertakwa kepada Allah SWT, lantas apakah nanti kita bisa beribadah dan bertakwa saat ajal sudah datang menjemput kita?

Renungkanlah!
Sekali lagi, hidup adalah pilihan. Mau menunda atau menyegerakan kebaikan?
Pilihan lainnya terdapat pada surat Asy-Syam [91] ayat 8 - 10, Allah SWT berfirman: “Lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.”
Jalan kejahatan ditempuh dengan melakukan kemaksiatan dan kemungkaran, sedangkan jalan ketakwaan ditempuh dengan melakukan segala bentuk ibadah atas dasar keimanan kepada Allah SWT.
Siapa saja yang memilih jalan takwa, maka berarti dia telah menyucikan jiwanya dan beruntunglah dia. Sebaliknya, barang siapa memilih jalan kejahatan, maka berarti dia telah mengotori jiwanya dan merugilah dia.
Jalan kejahatan dan ketakwaan Allah berikan kepada kita. Allah juga memberikan dan menjelaskan konsekuensi atas pilihan yang kita lakukan. Kalau mau beruntung maka pilihlah jalan takwa, tapi kalau mau rugi maka pilihlah jalan kejahatan.
Lebih jauh Allah SWT berfirman: “Dan katakanlah; sesungguhnya kebenaran itu datang dari Allah, maka siapa yang ingin (beriman) maka hendaklah ia beriman dan siapa yang ingin (kafir) maka biarkan dia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang yang dzalim neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang dapat menghanguskan wajah.” (QS. Al-Kahfi [18]: 29).
Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah SWT memberikan kesempatan kepada kita untuk memilih antara beriman atau kafir. Kita tidak dipaksa untuk beriman kepada Allah, dan kita tidak dilarang untuk kafir kepada Allah.
Namun, karena sayangnya Allah SWT kepada kita, maka Allah memberikan informasi bahwa setiap pilihan ada konsekuensinya. Ketika seseorang memilih kafir, maka Allah SWT akan memberikan balasan berupa tempat kembali yang terburuk, yaitu neraka yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang menyiksa penghuninya, sebagaimana dilukiskan pada ayat di atas. Na’udzubillah.
Dalam ayat yang lain, Allah SWT mengingatkan kepada orang-orang beriman melalui firman-Nya, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr [59]: 18).

Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT lengkap dengan akal, pikiran, dan hati, maka sejatinya jika perangkat-perangkat tersebut digunakan dengan baik, niscaya jalan takwa yang akan kita pilih. Tak ada satu pun di antara kita yang ingin meraih kerugian dalam hidup ini, bukan? Terlebih lagi kerugian di kehidupan yang abadi nanti.
Janganlah kita menjadi bagian dari orang-orang yang menyesal di akhirat kelak. Menyesal karena kita gagal dalam memilih yang terbaik dan tidak memanfaatkan kesempatan dan fasilitas yang telah Allah berikan selama hidup di dunia ini.
Allah SWT berfirman: “Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)-ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih?” Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Munafikun [63]: 10 – 11).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka walaupun dalam hidup ini kita diberikan kebebasan untuk memilih antar jalan kejahatan dan ketakwaan, atau antara keimanan dan kekafiran, namun sejatinya pilihan kita hanya ada satu yaitu jalan takwa atau keimanan.
Dengan memilih jalan takwa atau keimanan inilah yang akan mengantarkan hidup kita selamat dan bahagia di dunia hingga akhirat kelak. Jangan sampai kita salah dalam memilih yang akhirnya menyebabkan kita menyesal tiada arti.
Akhirnya, jangan tunda lagi dan segera lakukan optimalisasi ibadah sesuai dengan kemampuan kita. Kita tidak tahu kapan datangnya masa-masa yang sulit bagi kita untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Selagi nafas masih berhembus dan jantung masih berdetak, tak ada kata terlambat untuk kembali kepada pilihan yang benar sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Wallahu a’lam bish-shawab.

Editor : Syahrir Rasyid