JAKARTA,iNewsSerpong.id – Emiten energi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) resmi tercatat Papan Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (24/2/2023). Perseroan menawarkan sebanyak 10.350.000.000 saham biasa atas nama, yang mewakili sebesar 25,00% dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan dan ditawarkan dengan Harga Penawaran Rp875,- setiap saham.
Sebelumnya, perseroan telah melaksanakan Penawaran Umum sejak 20 – 22 Februari 2023 dan berhasil meraih dana sebesar Rp9.05 T.
"Pelepasan saham perdana atau IPO (initial public offering) bertujuan untuk mendukung rencana Perseroan mengembangkan kapasitas terpasang Perseroan sebesar 600 MW hingga 2027 mendatang,” ujar Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. Ahmad Yuniarto dalam rilis, Jumat (24/02/2023).
Perseroan menargetkan untuk meningkatkan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672MW saat ini menjadi 1.272MW pada tahun 2027. Selain juga mendukung ambisi PGE untuk terus tumbuh dan mengembangkan seluruh value chain dari sumberdaya panas bumi Indonesia, sesuai dengan tagline PGE “Energizing Green Future".
Lebih lanjut, PGE mencatatkan diri dengan kode emiten PGEO telah menyelesaikan roadshow ke sejumlah negara selain Indonesia, diantaranya Singapura, Hong Kong, London, dan New York untuk mengundang investor domestik maupun investor asing untuk ikut berpartisipasi dalam penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) Pertamina Geothermal Energy.
Perseroan juga mengalokasikan sebanyak-banyaknya sebesar 1,50% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah Penawaran Umum Perdana Saham atau sebanyak- banyaknya 630.398.000 saham untuk Program Opsi Pembelian Saham Kepada Manajemen dan Karyawan Perseroan (Management and Employee Stock Option Program (“MESOP”)).
Dalam penawaran umum perdana saham, PGE menunjuk PT Mandiri Sekuritas, PT CLSA Sekuritas Indonesia, dan PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek. PGE juga menunjuk CLSA, Credit Suisse, dan HSBC sebagai international selling agents.
PGE berhasil menarik minat investor domestik maupun investor multinasional hingga mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribed hingga 3,81 kali dari porsi pooling, melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan informasi dan data dari prospektus, kapasitas pembangkit listrik panas bumi di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan kuat dari sekitar 2,8GW di tahun 2022 menjadi sekitar 6,2GW di tahun 2030, dengan CAGR sekitar 10,4%, dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata global pada CAGR sekitar 3,9% dalam periode yang sama.
Pada 2030, Indonesia akan memiliki kapasitas panas bumi terbesar di dunia dengan menyumbang sebesar 28% dari proyeksi kapasitas panas bumi bersih secara global.
Pertumbuhan ini didukung oleh potensi sumber daya panas bumi Indonesia yang signifikan, pertumbuhan permintaan pasar yang pesat serta dukungan kebijakan sebagai bagian utama dari roadmap pemerintah untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional.(*)
Editor : A.R Bacho