Mereka membuka restoran dengan empat meja di rumahnya di Jianyang, Sichuan.
"Saya tidak punya uang, jadi yang lain adalah investor, meskipun seluruh investasi kurang dari 10.000 yuan. Meski tak berkontribusi banyak uang, saya mengambil posisi sebagai manajer umum dan berjanji aset kami akan tumbuh menjadi 150.000 yuan dalam lima tahun," katanya.
Ternyata dalam beberapa bulan, bisnis hotpot empat mejanya sukses dan mengalahkan semua bisnis hotpot lainnya di Jianyang. Mereka pun mempercantik restoran, memperbaiki dekorasi, dan melengkapi ruangan dengan AC.
Pada 1998, mereka akhirnya membuka toko kedua. Pada 2018, Zhang menjadi warga negara Singapura yang dinaturalisasi.
Pada akhir tahun itu, Haidilao telah berkembang ke 466 lokasi di lebih dari 100 kota di China daratan, Hong Kong, Taiwan, Singapura, Korea Selatan, Jepang, Australia, Kanada, dan Amerika Serikat (AS).
Pada 2019, Haidilao tumbuh hampir 600 cabang di 10 negara. Restorannya di Beijing bahkan mulai menggunakan lengan robot untuk menyiapkan dan mengirimkan hidangan yang dipesan melalui iPad.
Mengutip Forbes, Haidilao terkenal dengan hidangan pedas dan berkuah serta layanan yang memanjakan pelanggan, seperti manikur gratis dan semir sepatu saat menunggu makanan datang.
Saat ini, Haidilao mencatatkan penjualan sebesar USD3,8 miliar dari 789 restorannya yang tersebar di seluruh dunia.(*)
Menu hot pot Haidilao. (Foto : Forbes)
Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul " Kisah Tukang Las Jadi Raja Restoran Hotpot Berharta Rp161 Triliun ", Klik untuk baca: https://www.inews.id/finance/bisnis/kisah-tukang-las-jadi-raja-restoran-hotpot-berharta-rp161-triliun/all.
Download aplikasi Inews.id untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
https://www.inews.id/apps
Editor : Syahrir Rasyid