"Jadi masih nempel di tangan saya sama ular itu, terus langsung digigit jari telunjuk saya. Habis itu langsung dibawa ke klinik, di sana ternyata nggak ada serumnya," sambungnya.
Doni melanjutkan, pada saat itu dirinya mulai merasakan efek dari bisa ular. Seluruh badannya lemas, bagian kepala terasa berat dan pening, hingga detak jantungnya kian berdetak cepat.
"Saya nunggu agak lama di situ, saya udah pasrah sebenarnya sama Tuhan, udah setengah sadar. Akhirnya saya minumin air kelapa ijo sambil nunggu mobil yang mau bawa saya ke RSU," tuturnya.
Dalam kondisi tubuh terkulai lemas, Doni dibawa menggunakan mobil rekannya menuju RSU. Perjalanan dari lokasi menuju RSU diwarnai kemacetan panjang di mana-mana.
Akhirnya setelah menempuh waktu sekitar 1,5 jam, Doni tiba dan langsung ditangani di ruangan IGD. "Di sana langsung dapat penanganan intensif, disuntikkan serum, tangan saya juga digips. Alhamdulillah pagi tadi sudah boleh pulang," ungkapnya.
Doni turut mengimbau kepada masyarakat untuk lebih waspada, lantaran saat ini tengah memasuki musim penetasan ular. Meski begitu, dia menyebut bahwa ular sebenarnya takut pada manusia dan hanya akan menyerang jika terancam.
"Ini kan musim penetasan, artinya bisa tambah banyak. Kalau ketemu ular di sekitar rumah hindari kontak fisik langsung, cukup diusir dengan sapu ijuk atau sapu lidi," tukasnya. (*)
Editor : Syahrir Rasyid