Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma & Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina
ALKISAH ada sepasang suami istri yang kaya raya. Sang suami adalah pengusaha sukses yang berhasil menumpuk kekayaannya dimana-mana melalui bisnis yang dilakukannya.
Sementara itu, sang istri adalah seorang ibu rumah tangga yang shalihah dan taat beribadah serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi kepada sesama.
Suatu malam, mereka berdua hendak makan malam, tiba-tiba terdengar pintu rumahnya ada yang mengetuk. Sang istri memohon izin kepada suaminya untuk membuka pintu, dan suaminya pun menganggukkan kepalanya.
Ketika pintu dibuka, terlihat seorang laki-laki yang lusuh, kotor dan berbau kurang sedap. Rupanya dia seorang pengemis yang meminta-minta untuk diberikan makanan.
“Sebentar ya Mas, saya izin dulu ke suami saya”, jawab wanita shalihah itu.
Sang istri pun segera bergegas masuk ke dalam rumah dan menghampiri suaminya yang masih menunggunya makan malam di meja makan.
“Siapa Mah?” tanya sang suami.
“Itu Pah, ada pengemis minta makan. Sepertinya dia kelaparan sekali Pah, boleh ya Pah Mamah kasih sedikit makanan untuk pengemis itu?”, pinta sang istri.
“Apa, makanan seenak dan semahal ini mau Mamah kasih ke pengemis? Mamah tahu dong kalau Papah bekerja keras untuk mendapatkan uang banyak yang dapat kita gunakan salah satunya untuk membeli makanan mewah dan enak ini?”, jawab sang suami yang marah besar.
“Iya Pah, Mamah tahu. Tapi Pah, agama kita kan mengajarkan kepada kita untuk berbagi kepada sesama Pah.”, jelas sang istri.
“Tidak! Sekali Papah bilang tidak ya tidak. Suruh si pengemis itu pergi dan bekerja keras seperti Papah supaya dia jadi orang kaya seperti kita!”, perintah sang suami.
Mendengar jawaban seperti itu, sang istri merasa sangat sedih dan akhirnya menangis. Dia khawatir kesombongan dan kebakhilan suaminya justru akan menyebabkan dirinya mendapatkan teguran dari Allah SWT.
Sambil terisak, sang istri melangkah menghampiri pengemis yang masih menunggu di depan pintu.
“Maaf ya Mas, saya tidak mendapatkan izin dari suami untuk memberikan makanan. Semoga di luar sana ada orang lain yang mau berbagi ya Mas.”, ucap wanita shalihah ini sambil terisak.
Menikah adalah ladang ibadah untuk meraih surganya Allah SWT. (Foto : Ist)
“Terima kasih Bu, maaf saya sudah mengganggu ketenangan Ibu dan Bapak.”, jawab sang pengemis itu. Kemudian, sang pengemis pun pergi meninggalkan rumah orang kaya itu.
Singkat cerita, beberapa tahun kemudian keluarga ini mengalami kebangkrutan. Semua bisnis yang dijalankan sang suami gagal dan tidak mampu lagi membayar tagihan dari berbagai pihak yang sudah jatuh tempo.
Harta kekayaannya pun satu per satu mulai disita. Dengan berat hati, semuanya harus diserahkan dan akhirnya keluarga ini menjadi jatuh miskin.
Sang suami merasa tidak mampu lagi membiayai keperluan keluarganya dan akhirnya menceraikan istrinya.
Istri yang shalihah ini awalnya menolak untuk bercerai, karena baginya dia menikah dengan suaminya bukan karena harta. Menikah baginya adalah ladang ibadah untuk meraih surganya Allah SWT.
Hari demi hari terus berganti, bulan demi bulan pun terus berlalu. Kondisi laki-laki yang kaya raya tadi semakin memburuk dan akhirnya dia pun menjadi seorang pengemis yang meminta-minta kebaikan orang hanya untuk sekedar mengisi perutnya yang lapar.
Sementara itu, wanita shalihah ini didatangi seorang pria kaya yang berniat untuk meminangnya dan menjadikannya seorang istri. Setelah mendapatkan persetujuan keluarga, akhirnya wanita shalihah ini menikah dengan pria kaya yang meminangnya.
Kisah pun berulang, ketika pengantin baru ini hendak makan malam bersama, tiba-tiba pintu rumahnya ada yang mengetuk. Sang istri pun minta izin kepada suaminya untuk membukakan pintu.
Begitu pintu dibuka, betapa kagetnya sang istri melihat seorang laki-laki, pengemis, yang dekil dan berbau tak sedap meminta makanan. Kekagetan sang istri ini bukan karena kedatangan pengemis, namun karena pengemis yang datang itu adalah mantan suaminya dulu.
Sang istri langsung kembali ke meja makan menemui suaminya.
“Pih, di luar ada pengemis yang minta makanan. Bolehkah Mamih memberikan sebagian makanan kita ke pengemis itu?”, tanya sang istri.
“Oh tentu saja boleh Mih. Jangan cuma makanan yang dikasih ya Mih, kasih juga buah dan minumannya. Kasihan dia, mungkin sudah lama menahan lapar dan dahaga.”, jawab sang suami.
Akhirnya sang istri memberikan makanan, minuman dan buah-buahan untuk mantan suaminya yang kini sudah jadi pengemis itu. Sang istri pun segera kembali ke meja makan menemani suaminya yang sedang makan.
Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)
“Kenapa Mih, ada apa? Mamih kok kelihatannya sedih begitu.”, tanya sang suami yang shalih ini melihat raut wajah istrinya yang tampak sedih.
“Iya Pih. Maaf ya Pih, pengemis yang tadi itu adalah mantan suami Mamih dulu. Dia kini jadi pengemis Pih, kasihan Mamih melihatnya Pih.”, jelas sang istri.
“Oh... iya juga sih ya, kasihan melihatnya. Papih mengerti perasaan Mamih. Tapi, apakah Mamih tahu sebenarnya Papih ini siapa?”, tanya sang suami.
“Maksud Papih apa? Yang Mamih tahu, Papih adalah suami yang shalih yang dapat membimbing Mamih untuk mendapatkan surganya Allah SWT. Papih juga orang yang sukses dalam bisnis.”, jawab sang istri.
“Ada satu hal yang Mamih belum ketahui dari Papih.”, kata sang suami.
“Apa itu Pih?”, tanya sang istri penasaran.
“Apakah Mamih masih ingat, dulu pernah ada pengemis yang datang meminta makan malam-malam ke Mamih dan mantan suami Mamih?”, tanya sang suami.
“Iya Pih, Mamih masih ingat.”, jawab sang istri.
“Pengemis itu adalah aku, Mih. Papih saat itu tahu kalau Mamih dibentak dan dimarahi oleh mantan suami Mamih karena mau memberi makanan kepada seorang pengemis.
Saat itu Papih berdo’a, andaikan Allah memberikan rezeki kepada Papih semoga rezeki itu penuh berkah. Papih juga berdo’a semoga suatu saat nanti, papih bisa memperistri Mamih karena keshalihan yang Mamih tunjukkan. Dan, Allah pun mengabulkan seluruh do’a Papih, Mih.”, jelas sang suami panjang lebar.
Betapa kagetnya sang istri, ternyata laki-laki pengemis yang dulu meminta-minta belas kasihan kepadanya, kini menjadi suaminya. Sementara itu, mantan suaminya yang dulu kaya raya tapi sombong dan bakhil itu, justru kini menjadi pengemis yang meminta belas kasihan banyak orang.
Tak ada yang abadi di dunia ini, semuanya Allah pergilirkan sesuai dengan kehendak-Nya. Allah SWT berfirman: Katakanlah:
“Wahai Tuhan yang memiliki kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 26)
Agama Islam mengajarkan kepada kita untuk berbagi kepada sesama. (Foto : Ist)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid