HIKMAH JUMAT : Anak, Antara Nikmat dan Ujian
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2023/05/12/d8a80_anak-adalah-amanah.jpeg)
Anak Sebagai Fitnah
Tipikal anak sebagai fitnah atau ujian tentu bukanlah tipikal yang diharapkan oleh orang tua maupun keluarga. Anak menjadi sumber masalah baik di keluarga maupun lingkungannya. Allah SWT berfirman yang artinya: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah fitnah / ujian (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. At-Taghabun [64]: 15).
Akhir-akhir ini kita dipertontonkan dengan perilaku dari sebagian anak pejabat negeri kita yang tidak patut ditiru oleh anak siapa pun. Dalam konteks anak sebagai sumber fitnah, bisa jadi ini adalah potret yang tepat untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran bagi kita semua.
Namun demikian perlu disadari pula bahwa ada penyebabnya sehingga anak bisa berperilaku seperti itu. Bisa jadi karena kurangnya asuhan, didikan, bimbingan, perhatian, dan pengawasan dari orang tuanya yang terlalu sibuk dengan pekerjaan atau urusan lainnya.
Selain itu, bisa jadi pula karena adanya makanan yang bersumber dari uang haram dari orang tuanya. Karena makanan dan minuman yang bersumber dari uang haram, akan berdampak buruk terhadap tumbuh kembang seorang anak.
Baginda Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Wahai Ka’ab bin Ujrah, sesungguhnya tidaklah tumbuh setiap daging yang diberikan asupan makanan yang haram melainkan nerakalah yang berhak membakarnya.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).
Anak Sebagai Musuh
Tipikal yang terakhir adalah anak sebagai musuh. Banyak anak dan pasangan kita yang justru menghalang-halangi kita dari jalan Allah. Mereka menentang dan merintangi kita dari taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istri (pasangan)-mu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun [64]: 14).
Makna musuh pada ayat di atas juga ditafsirkan oleh sebagian mufasir bahwa anak dan pasangan kita atau bahkan karib kerabat kita yang lainnya, nanti pada hari kiamat bisa jadi saling bermusuhan. Anak menggugat orang tuanya, istri menggugat suaminya, atau sebaliknya.
Saling gugat itu terjadi karena selama hidup di dunia banyak hak dan kewajiban yang terabaikan. Oleh karenanya, selama kesempatan itu masih ada, sikap dan tindakan saling memperhatikan di dalam keluarga hendaknya dilakukan terutama dalam hal-hal yang bersifat ibadah dan kebaikan lainnya. (*)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid