get app
inews
Aa Text
Read Next : Lawan Israel, Erdogan Serukan Dunia Islam Bentuk Aliansi

Childfree Menurut Sudut Pandang Psikologi Kepribadian dan Islam

Jum'at, 19 Mei 2023 | 14:21 WIB
header img
Childfree menurut sudut pandang psikologi kepribadian dan Islam. Foto: NoJ/KoJ

SIMAK penjelasan childfree menurut sudut pandang psikologi kepribadian dan sudut pandang agama Islam.

Menurut psikolog sekaligus dosen Fakultas Psikologi Universitas Aisyiyah Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardjo, childfree adalah kondisi seseorang yang secara sukarela tidak ingin memiliki anak atau keturunan.

Dia mengatakan, childfree merupakan istilah untuk menyebut orang yang tidak memiliki anak. Berbeda dengan Involuntary Childlesness, childfree diartikan sebagai seseorang yang belum dikaruniai seorang anak dan berharap segera dikaruniai momongan.

Childfree adalah perbuatan yang dilakukan dengan sadar tanpa paksaan untuk melakukan hal tersebut. Childfree sudah menjadi keputusan kedua belah pihak suami dan istri untuk melangsungkan kehidupan yang dikehendakinya.

Istilah childfree muncul sebelum tahun 1901 dalam kamus bahasa Inggris. Dalam tulisan Dr. Rachel Crastil yang berjudul "How to be Childess: A History and Philosopy of life Without Children" yang menyebutkan bahwa banyak penduduk Inggris, Belanda dan Prancis sejak tahun 1500 yang menunda untuk menikah.

Di Prancis sendiri pada era pra- revolusioner, sebanyak 15-20% orang dewasa memutuskan untuk tidak menikah dan tidak memiliki anak. Alasan wanita Eropa tidak memiliki anak adalah, karena menurut mereka  tidak memiliki anak dapat  melakukan pekerjaan dengan mudah tanpa memperjuangkan kesetaraan dan membesarkan anak yang mereka anggap sulit.

Sementara childfree di Indonesia masih dianggap sebagai hal yang tabu karena dianggap menentang nilai budaya dan agama. Hal ini tentu saja menjadi tantangan serius dalam menghadapi stigma masyarakat.

Bahkan mungkin akan menimbulkan sebuah pro dan kontra di kalangan masing masing. Dari persepsi sosial dan ekonomi, dengan kehadiran anak dapat meningkatkan ekonomi, karena anak dianggap dapat membawa banyak rezeki dan dapat pengakuan positif dari masyarakat sekitar.

Seseorang yang memilih untuk tidak memiliki anak bisa mendapatkan kesan negatif, juga dikarenakan  stereotip yang sudah melekat pada masyarakat bahwa perempuan akan mengandung dan menjadi seorang ibu.

Contoh kasus Childfree di Indonesia terjadi pada seorang influencer Tanah Air yang secara terang- terangan memutuskan untuk tidak memiliki anak dan disampaikan secara terbuka di akun sosial media miliknya.

Keputusan tersebut banyak mendapatkan kritikan hingga celaan dari masyarakat Indonesia. Ia mengaku bahwa memiliki trauma masa kecilnya dari seorang ibu yang memiliki sifat narsistik. Nah, takut bahwa sifat itu akan menurun pada dirinya dan tidak akan bisa menjadi sosok ibu yang baik.  

Pada artikel ini kita akan membahas faktor yang menyebabkan terjadinya childfree pada diri seseorang menurut pandangan psikologi kepribadian.

Faktor Psikologis

Alasan ini sering digunakan seseorang yang memilih untuk childfree, seperti trauma masa kecil yang pernah mereka alami. Hal ini berkaitan dengan pendekatan Psikoanalisis Karen Horney.

Teori Psikoanlisis Karen Horney didasari dengan adanya asumsi- asumsi bahwa kondisi sosial di dalam masyarakat dan kebudayaan, terutama pada pengalaman yang terjadi pada masa kanak-kanak menjadi kepribadian neurotik atau sehat.

Orang yang mengalami kepribadian neurotik akan mengalami masa masa sulit dalam hidupnya. Mereka akan melalui banyak konflik. Konflik-konflik tersebut diawali atas kurangnya perhatian dan kasih sayang orangtua.

Teori kepribadian Horney menjelaskan bahwa rasa cinta yang tidak terpenuhi pada masa kecil akan mendorong rasa cemas dan permusuhan dasar. Sikap orang tua yang  kadangkali mendominasi,mengabaikan, terlalu melindungi, dan menolak akan menimbulkan rasa tidak aman pada diri anak.

Perasaan tidak aman itu semakin berkembang dan akhirnya menimbulkan permusuhan dasar.

Permusuhan dasar dalam diri seseorang dapat menimbulkan kecemasan dasar, begitupun sebaliknya. Hubungan tersebut semakin memperkuat neurosis seseorang sehingga menimbulkan kerpibadian neurotik.

Kepribadian neurotik adalah pola tingkah laku yang tertekan  akibat trauma masa kecil yang dialami. Orang yang memilki kepribadian neurotik akan menghadapi konflik dalam hidupnya.

Konflik tersebut antara kebutuhan rasa aman dan kebutuhan menyatakan kebebasan emosi serta pikiran yang sulit diatasi. Orang neurotik mengatasi konflik mereka dengan melakukan strategi pertahanan. Horney mengidentifikasi strategi pertahanan dengan 3 sikap dasar, yaitu

1. Kecenderungan mendekati orang lain

Orang neurotik yang melakukan sikap ini adalah orang yang mecari kasih sayang dan penerimaan orang lain. Mereka memiliki perasaan tidak berdaya. Strategi ini cukup komplek karna melibatkan perasaan, pikiran dan tingkah laku seseorang.

2. Melawan orang lain

Orang neurotik yang melakukan sikap ini adalah orang yang menganggap orang lain sebagai musuh.

3. menjauhi orang lain

Orang neurotik yang melakukan sikap ni adaah orang yang menganggap kedekatan dengan orang lain sebagai pengalaman yang menyakitkan. Akibatnya mereka menjauhi orang lain dan menganggap tidak penting keberadaan orang lain.

Tinjauan Islam Terhadap Fenonema Childfree

Allah Ta'ala telah menjelaskan dalam Alquran pada Surat Ar-Rum:21 yang menyatakan bahwa “tujuan dasar syariatkannya perkawinan adalah  untuk mencari kasih sayang, baik itu dari  dari pasangan maupun dari Allah   untuk mencapai   kebahagiaan dan ketenangan hidup” (sakinah).  

Juga dalam firman Allah SWT pada Surat Al-Furqon:74 dijelaskan bahwa memiliki anak  adalah sebagai penyenang hati. Keutamaan memiliki anak dalam Islam di antaranya yaitu mendidik anak dan memelihara sunnah nabi.

Beberapa orang yang memilih untuk Childfree karna mereka terkadang takut salah langkah dalam mendidik anak, adapun cara Islam dalam mendidik anak adalah dengan cara

1. Berdoa agar anak menjadi anak yang saleh atau saleha
2. Tidak menghina atau mempermalukan anak di depan saudara
3. Tidak memnggil anak dengan sebutan yang buruk.
4. Ingatkan anak dengan cara yang baik dan lembut.
5. Mencintai anak dengan sepenuh hati tanpa memanjakannya.

Opini dari: Kaisyah Aliyyah Hilba Siregar
Mahasiswi Universitas Al Azhar, Fakultas Psikologi dan Pendidikan  

Referensi

1. Ike Dwi Jayanti.2017.Kecenderungan Neurotik Pada Tokoh Utama Dalam Novel Kerumunan Tetakhir Karya Okky Maddasari.Kajian Psikoanalisis Karen Horney. 242507-kecenderungan-neurotik-tokoh-utama-dalam-ded4c03d.pdf

2. Barokatun Nikmah.2022. Fenonema A Childfree Dan Psikologis Individu.Universitas Sunan Kalijaga. BAB 1 Barokatun Nikmah - tugas mengenai childfree - FENOMENA CHILDFREE DAN PSIKOLOGIS INDIVIDU Oleh: - Studocu

3. Jenuri,M.Rindu Fajar,Kokom Siti, Dina Mayadiana, Adila Hafidzani, Universitas Pendidikan Indonesia 
file ///C:/Users/malik/Downloads/16602-62146-1-PB%20(1)%20(1).pdf

Editor : Hikmatul Uyun

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut