get app
inews
Aa Text
Read Next : HIKMAH JUMAT : Fungsi Strategis Rumah dalam Islam  

HIKMAH JUMAT : Inilah Pengaruh Makanan dalam Kehidupan Sehari-hari

Jum'at, 28 Juli 2023 | 05:23 WIB
header img
Memakan makanan halal salah satu indikator bahwa kita taat terhadap perintah atau hukum Allah. (Foto : Ist)

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. - Dosen Universitas Buddhi Dharma & Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina

LAKSANA CENDAWAN yang tumbuh di musim hujan. Itulah peribahasa yang tepat untuk menggambarkan pertumbuhan kawasan kuliner di berbagai tempat saat ini. Berbagai makanan dan minuman ditawarkan, dari yang tradisional hingga modern, dari yang lokal hingga internasional.

Konsumen seolah dimanja dengan banyaknya pilihan makanan dan minuman yang ditawarkan. Tidak hanya itu, bahkan pusat-pusat kuliner juga menawarkan fasilitas lain seperti kenyamanan, keamanan, keindahan, hingga layanan pribadi.

Pertumbuhan pusat-pusat kuliner sekaligus menggambarkan tumbuhnya industri kreatif di masyarakat. Kuliner adalah salah satu dari 15 jenis industri kreatif. Menariknya adalah bahwa keberadaan pusat-pusat kuliner ternyata dapat mengakselerasi bangkitnya industri kreatif lainnya.

Status Kehalalan dari Makanan

Namun demikian, bagi seorang muslim seperti kita, keberadaan pusat-pusat kuliner tersebut merupakan salah satu tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana tidak, keberadaan menu-menu baru terlebih yang datang dari luar negeri, membuat kita harus berhati-hati dalam memilih.

Rasa penasaran karena terpengaruh iklan, kadang membuat kita “kalap” dalam memilih jenis makanan yang akan dikonsumsi. Seolah lupa akan status kehalalan dari makanan tersebut, yang penting enak dan ikut tren makanan kekinian.

Padahal, Allah SWT telah mengatur seluruh hidup dan kehidupan hamba-Nya, termasuk dalam hal makanan dan minuman. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah [2] ayat 168 yang artinya:

“Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.”

Pada ayat di atas, Allah memerintahkan kepada seluruh manusia, tidak hanya untuk orang Islam, untuk memakan makanan yang halal dan baik. Jika kita tetap memakan makanan tidak halal (haram) dan tidak baik, itu artinya kita sudah mengikuti langkahnya setan.   

Makanan atau minuman yang halal adalah makanan dan minuman yang secara fisik maupun kimiawi tidak mengandung bahan-bahan haram seperti daging atau minyak babi, alkohol (khamr), darah, dan bangkai, mulai dari bahan baku, proses pembuatan, pengemasan, penyimpanan, maupun penyajiannya. Begitu pula dengan cara mendapatkannya, haruslah halal.

Memakan makanan yang halal juga merupakan salah satu indikator bahwa kita adalah penyembah Allah yakni taat terhadap perintah atau hukum Allah. Karena halal dalam bahasa Arab bermakna sesuatu yang diperbolehkan, sesuatu yang baik, dan sesuatu yang sesuai dengan hukum.

Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al-Baqarah [2]: 172).


Bagi seorang muslim, urusan makanan tidak hanya berhenti di urusan perut semata, dampaknya sangat panjang dalam hidup dan kehidupan. (Foto : Ist)

 

Bila merujuk kepada dua ayat di atas, maka bagi seorang muslim terlebih lagi mukmin, sudah tidak ada peluang untuk bermain-main dalam memilih makanan ataupun minuman. Keduanya harus jelas kehalalannya.

Karena bagi seorang muslim yang mukmin, urusan makanan dan minuman, tidak hanya berhenti di urusan perut semata, namun dampaknya sangat panjang dalam hidup dan kehidupan seseorang. Mari kita simak penjelasan di bawah ini.

Tidak Dikabulkannya Do’a

Makanan, minuman, pakaian dan hal-hal yang mengenyangkan perut lainnya yang bersumber dari sesuatu atau terdapat unsur yang tidak halal, menyebabkan do’a tidak dikabulkan Allah SWT. Hal ini ditegaskan Baginda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan kepada kaum mukminin dengan sesuatu yang Allah perintahkan pula kepada rasul. Maka Allah SWT berfirman:

“Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal saleh.” (Al-Mukminun [23]: 51). Dan Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.” (Al-Baqarah [2]: 172).

Kemudian Rasulullah SAW menyebutkan seseorang yang melakukan perjalanan panjang dalam keadaan dirinya kusut dan kotor, dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Rabbku, Wahai Rabbku,” namun makanannya haram, minumannya haram, dan pakaiannya haram, dan kenyang dengan sesuatu yang haram, lalu bagaimana mungkin do’anya akan dikabulkan.”

Tidak Diterimanya Amal Saleh

Dalam sebuah hadits yang dikeluarkan dari Ibnu Marduwayh, dari Ibnu Abbas RA, beliau berkata: “Dibacakan ayat ini di sisi Nabi SAW: “Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah [2]: 168).

Maka Saad bin Abi Waqqash RA berdiri dan berkata: “Wahai Rasulullah, berdo’alah kepada Allah agar do’a-do’aku diijabah oleh-Nya.” Maka Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Sa’d, perbaikilah makananmu, niscaya do’amu mustajab (dikabulkan).

Demi zat yang menggenggam jiwa Muhammad, sesungguhnya jiwa seorang hamba yang melemparkan satu suap makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak diterima amalnya selama 40 hari.” (HR. At-Thabrani).


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)

 

Dibakar Api Neraka

Setiap makanan atau minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia, maka akan diserap oleh organ-organ tubuh dan menjadi sumber untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Islam mewajibkan setiap makanan atau minuman yang dikonsumsi, selain halal, juga harus memperhatikan kriteria thayyib (baik).

Dengan kriteria halal dan thayyib, maka makanan dan minuman yang dikonsumsi tidak hanya aman dan baik dari sisi kesehatan, namun juga akan terhindar dari siksa api neraka. Makanan dan minuman yang halal dan thayyib akan mendatangkan kesehatan lahir maupun batin.

Sebaliknya, setiap daging yang tumbuh dari makanan atau minuman yang haram, maka akan dibakar dengan api neraka. Hal ini diancamkan oleh Baginda Rasulullah SAW melalui sabdanya: “Tidaklah tumbuh daging dari makanan haram kecuali neraka lebih utama untuknya” (HR. Tirmidz).

Mengurangi Iman dalam Hati

Naik turunnya iman seseorang adalah hal biasa. Namun jika iman seseorang terus menerus turun, bahkan terjun bebas, maka segeralah periksa makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Bisa jadi, makanan dan minuman yang dikonsumsinya mengandung unsur haram di dalamnya.

Bahkan Baginda Rasulullah SAW menyebut seseorang yang sedang mabuk, sejatinya tidak termasuk ke dalam golongan orang yang beriman. Hal ini ditegaskan oleh Baginda Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yang artinya: “Tidaklah peminum khamr, ketika ia meminum khamr termasuk seorang mukmin.”

Terakhir, sebagai bahan renungan mari kita perhatikan sabda Baginda Rasulullah SAW: “Sungguh akan datang kepada manusia suatu zaman, yang saat itu seseorang tidak peduli lagi dari mana dia mendapatkan harta, apakah dari jalan halal ataukah yang haram.” (HR. Bukhari).

Sekarangkah zaman itu? Semoga Allah SWT melindungi kita. (*)


Naik turunnya iman seseorang hal biasa. Bila iman seseorang terus menerus turun bahkan terjun bebas, segeralah periksa makanan yang dikonsumsi. (Foto : Ist)
 

Wallahu a’lam bish-shawab.

          

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut