get app
inews
Aa Read Next : HIKMAH JUMAT : Fungsi Strategis Rumah dalam Islam  

HIKMAH JUMAT : Siklus Hidup Manusia

Jum'at, 04 Agustus 2023 | 05:39 WIB
header img
Bagi orang yang dipanjangkan usianya, akan dikembalikan keadaannya seperti bayi dan anak-anak dahulu. (Foto : Ist)

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. - Dosen Universitas Buddhi Dharma & Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina

PERNAHKAH ANDA melihat ada seorang anak usia balita menaiki stroller yang didorong oleh orang tuanya? Selanjutnya, pernahkah Anda juga melihat ada orang tua yang naik kursi roda yang didorong oleh anaknya?

Pelajaran hidup yang sering kita abaikan. Bahwa sejatinya hidup kita ini berawal dari keadaan yang lemah, kemudian menjadi kuat dan semakin kuat. Sampai usia tertentu, selanjutnya kekuatan itu semakin menurun dan terus menurun seiring dengan pertambahan jumlah usia kita. Akhirnya kita pun kembali menjadi manusia yang lemah kembali.

Fenomena Hidup Manusia

Fenomena di atas seakan membuktikan firman Allah SWT pada surat Yasin [36] ayat 68, yang artinya: “Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian (nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan?”

Pada ayat di atas, Allah SWT menginformasikan gambaran mengenai siklus hidup manusia di dunia. Bagi orang-orang yang dipanjangkan usianya, maka dia akan dikembalikan keadaannya seperti bayi dan anak-anak dahulu.

Selain itu, Allah SWT juga berfirman yang artinya: “Dan Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkanmu, di antara kamu ada yang dikembalikan kepada usia tua renta (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang pernah diketahuinya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Kuasa.” (QS. An-Nahl [16]: 70).

Ketika masih muda, seorang ayah atau ibu mendorong stroller balitanya, menyuapinya, hingga menghiburnya. Tak lupa dia juga mengelap mulut sang balita karena ketika makan atau minum sering belepotan.

Peristiwa yang sama kemudian terjadi pada saat sang ayah atau ibu sudah tua renta. Kini giliran anaknya yang dulu didorongnya di stroller, yang mendorong ayah atau ibunya di atas kursi roda. Orang tuanya disuapinya, dihiburnya, hingga dielap mulutnya karena belepotan saat makan dan minum.

Tubuhnya ringkih dan lemah. Pikirannya tidak mampu lagi mengingat banyak hal karena sudah digerogoti penurunan daya ingat. Jadilah dia tidak mengetahui apa-apa, walaupun pada saat mudanya dia sangat cerdas dan memiliki banyak pengalaman.

Menurut Imam al-Qusyairi, inilah bukti kekuasaan Allah SWT yang mampu mengembalikan keadaan manusia menjadi lemah setelah mencapai batas kekuatannya. Pada awalnya manusia itu lemah, namun seiring dengan bertambahnya usia, bertambah juga kekuatannya.


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : iNewsSerpong)

 

Kekuatan yang dimiliki manusia itu tidak akan selamanya. Hingga waktu atau usia tertentu, kekuatannya mulai menurun dan terus menurun. Jadilah dia seperti anak-anak yang lemah dan tak berdaya, hingga habislah batas usianya.

Namun, jika kita perhatikan lebih lanjut di sekeliling kita, ternyata ada juga kondisi dimana seseorang yang masih muda, mungkin karena penyakit tertentu atau kecelakaan, kondisinya sudah lemah dan pikun. Begitulah kekuasaan Allah SWT atas manusia. Allah SWT mengingatkan manusia akan hal ini agar manusia senantiasa waspada.

Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 20 – 21).

Manusia sejatinya adalah makhluk yang lemah, namun karena adanya pertolongan dari Allah SWT maka manusia memiliki kekuatan dan kemampuan. Masa kekuatan yang dimiliki manusia itu berada di antara dua masa kelemahannya.

Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT melalui firman-Nya: “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar-Rum [30]: 54).

Menurut Imam Ibnu Katsir, pada ayat di atas Allah SWT  mengingatkan manusia terkait dengan siklus atau fase-fase penciptaannya. Manusia berasal dari tanah, lalu dari nuthfah (setetes mani), lalu segumpal darah, lalu segumpal daging, lalu menjadi tulang-tulang, lalu dibungkus dengan daging.

Setelah itu, ditiupkanlah ruhnya, kemudian dia keluar dari perut ibunya dalam keadaan lemah tanpa daya dan kekuatan. Kemudian dia tumbuh menjadi bayi, menjadi anak muda, lalu menginjak puber, hingga menjadi pemuda yang kuat. Inilah masa kuat setelah masa lemah yang pertama.

Kemudian, kekuatannya mulai berkurang, lalu menjadi tua dan bertambah tua, kemudian menjadi pikun. Inilah masa lemah setelah melewati masa kuat. Pada masa ini, keinginan menjadi lemah, gerakan dan ketangkasan pun berkurang drastis, rambut menjadi uban, bahkan sifat-sifat baik lahir maupun batin juga mengalami perubahan.

Siklus hidup kita ini sejatinya adalah berada di antar senyum dan tangis. Pada saat kita lahir ke muka bumi, maka orang tua dan keluarga kita akan tersenyum bahagia. Saking lemahnya, maka setelah kita lahir, kita pun dipakaikan pakaian untuk menutupi tubuh kita. 


Manusia sejatinya adalah makhluk lemah, adanya pertolongan dari Allah SWT manusia memiliki kekuatan dan kemampuan. (Foto : Ist)

 

Selanjutnya, kita pun tumbuh dan besar hingga menjadi dewasa dan tua renta. Akhirnya, tibalah batas usia kita, Allah SWT pun mewafatkan kita. Pasangan, anak-anak dan keluarga kita pun menangisi kematian kita.

Saking lemahnya, maka setelah wafat, kita pun dipakaikan pakaian berupa kain kapan untuk menutupi tubuh kita.

Satu hal yang harus senantiasa diingat adalah tidak ada satu pun di antara kita yang tahu batas akhir usia kita di dunia ini. Kalaupun kita berusia panjang, ketahuilah bahwa sepanjang-panjangnya usia kita, akan berada pada kisaran enam puluh hingga tujuh puluh tahun.

Terkait dengan usia umat Nabi Muhammad SAW, dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah RA, Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Umur umatku berkisar antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun, dan sedikit yang melewatinya.” (HR. Tirmidzi).

Oleh karenanya, jika sampai dengan usia enam puluh tahun, sedangkan dakwah telah sampai kepadanya, namun dia tetap tidak mau beriman, maka Allah SWT tidak akan menerima alasan apapun dari orang tersebut.

Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Allah meniadakan hujjah atau alasan seseorang yang Dia telah memanjangkan ajalnya (umurnya) sehingga Dia memberinya umur enam puluh tahun.” (HR. Bukhari).

Berapa pun usia Anda saat ini, selagi nafas masih berhembus dan jantung pun masih berdetak, manfaatkanlah sisa usia yang Allah berikan dengan sebaik-baiknya.

Jangan sampai kita termasuk ke dalam golongan manusia yang lalai, sehingga pada saat ajal datang menjemput, kita tidak membawa bekal amal yang cukup untuk menghadap Allah SWT. (*)


Siklus hidup sejatinya berada di antar senyum dan tangis. (Foto : Ist)
 

Wallahu a’lam bish-shawab.

          

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut