JAKARTA, iNewsSerpong.id - Usulan Fadli Zon soal nama Ibu Kota Negara (IKN) bernama Jokowi telat. Ketua Panitia Khusus (Pansus) Rancangan Undang-Undang Ibu Kota Negara Ahmad Doli Kurnia Tandjung menganggap usul politikus Gerindra Fadli Zon tidak serius.
Semestinya usulan nama tersebut disampaikan ketika RUU tersebut sedang dalam pembahasan, bukan disampaikan menjelang atau setelah disahkan menjadi undang-undang. Fadli Zon sebelumnya menilai nama Nusantara untuk ibu kota negara kurang pas karena memiliki arti wilayah Indonesia.
Wakil Ketua Umum DPP Gerindra itu menyarankan agar nama ibu kota adalah Jokowi sebagai penggagasnya. Menurut dia, penamaan ini seperti ibu kota Kazakhstan, Nursultan, yang diambil dari nama Presiden Nursultan Nazarbayev.
Dalam hal ini, Doli menyayangkan kenapa Fadli baru mengusulkan nama ibu kota negara ketika RUU tersebut menjelang pengesahan dalam paripurna. Kalau memang serius seharusnya bisa dilakukan sebelumnya.
"Ya saya kira harusnya kemarin pada saat kita membahas kan itu masih kita kosongin, selama ini kita kosongin. Nah, kan Pak Fadli Zon dari Fraksi Partai Gerindra ikut aktif. Waktu itu sebetulnya kalau memang ada usulan bisa diajukan," kata Doli di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (18/1/2022).
Politikus Golkar itu menilai soal nama IKN sudah dipertimbangkan secara matang. Nama IKN dipersiapkan layaknya memberikan nama anak yang baru dilahirkan. "Kalau kita kan misalnya orang tua anak mau lahir anak mempersiapkan namanya dengan baik, dicari istiqarah dulu yakan kemudian baca baca buku tanya sana tanya sini dicari lah filosofinya kayak apa historical ya apa," ujarnya.
Menurutnya, pemerintah juga telah mempertimbangkan puluhan nama sebelum memutuskan nama Nusantara yang dipilih. Oleh karenanya, ia menegaskan bahwa nama Nusantara telah mewakili semua pihak. Lebih lanjut, Doli mengatakan, nama Nusantara juga cukup mewakili secara sosio kultural.
Menurutnya, sudah menjadi keputusan terbaik. "Jadi saya kira penetapan nama Nusantara itu lah yang terbaik. bahwa kemudian ada orang yang tidak puas, tidak setuju ya itu biasa saja. Sama dengan misalnya loh kok nama anaknya itu, loh kok kan susah kita ini kan," pungkasnya. (*)
Editor : Syahrir Rasyid