get app
inews
Aa Text
Read Next : HIKMAH JUMAT : Fungsi Strategis Rumah dalam Islam  

HIKMAH JUMAT : Dunia Penuh Canda

Jum'at, 01 September 2023 | 05:47 WIB
header img
Hidup laksana tanaman yang tumbuh dengan subur, warna daunnya hijau, kemudian menguning, dan pada akhirnya kering dan hancur. (Foto : Ist)

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. - Dosen Universitas Buddhi Dharma & Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina

BANYAK MANUSIA yang berlomba-lomba untuk meraih kemewahan dan kemegahan hidup dunia. Segala cara pun mereka lakukan, sampai-sampai tidak peduli lagi dengan halal dan haram. Seolah-olah mereka berpikir bahwa mereka akan hidup seribu tahun di dunia ini.

Begitulah sifat dasar atau fitrah manusia yang memang diciptakan oleh Allah SWT memiliki kecenderungan dan kecintaan kepada keindahan kehidupan dunia. Allah SWT berfirman yang artinya:

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran [3]: 14).

Menurut tafsir Jalalayn, keindahan dan kesenangan hidup dunia yang diperjuangkan dengan segala cara itu akan lenyap dan pergi, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik yakni surga dan itulah yang seharusnya menjadi idaman manusia.

Sementara itu, di dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan bahwa kesenangan hidup dunia semuanya adalah fana. Jika dibandingkan dengan kemurahan Allah SWT yang diberikan di negeri akhirat kepada hamba-hamba-Nya yang gigih berjuang di jalan Allah, maka seluruh kemegahan dan kemewahan dunia itu tidak bernilai sedikit pun.

Ya, begitulah kehidupan dunia. Penuh dengan tipu daya dan senda gurau belaka. Oleh karenanya tidak salah jika kita mengatakan dunia penuh canda. Dalam Al-Qur’an surat Muhammad [47] ayat ke-36, Allah SWT mengingatkan kita semua melalui firman-Nya yang artinya:

“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.”

Pada tafsir Jalalayn dan tafsir Al-Misbah dijelaskan bahwa pada ayat di atas, Allah SWT menegaskan agar kita tidak terjebak dengan kehidupan dunia yang isinya hanyalah permainan, kepalsuan, tipuan, dan senda gurau atau canda belaka. Allah menghendaki agar kita beriman, meninggalkan kemaksiatan dan mengerjakan kebaikan, agar Allah memberikan pahala dan kebahagiaan yang sejati.


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : iNewsSerpong)

 

Keimanan, ketakwaan, amal shalih, dan meninggalkan kemaksiatan adalah perbuatan di dunia yang berimplikasi kepada kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan di akhirat. Sebaliknya, bagi seseorang yang terjebak dalam kehidupan dunia, maka jiwa dan raganya, hati dan pikirannya akan dilalaikan sampai sempurna waktu hidupnya di dunia hingga ajal datang menjemputnya.

Pembaca yang budiman, Allah SWT telah memberikan perangkat berupa akal sehat dan hati untuk kita gunakan dalam memilih prioritas dalam hidup kita. Beruntunglah jika kita memilih jalan takwa, dan merugilah jika kita memilih jalan kejahatan. Allah SWT berfirman yang artinya:

“Lalu Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu) dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syam [91]: 8-9).

Pada ayat yang lain, Allah SWT memerintahkan supaya manusia memprioritaskan bahkan bersegera dan berlomba-lomba dalam beramal shalih serta mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Beramal shalih serta berupaya untuk meraih ampunan dari Allah adalah bentuk dari jalan ketakwaan yang ditempuh untuk menyucikan jiwa.

Allah SWT berfirman: “Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.” (QS. Al-Hadid [57]: 20).

Pada ayat berikutnya Allah SWT berfirman yang artinya: “Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar." (QS. Al-Hadid [57]: 20).

Pembaca yang budiman, pada ayat di atas Allah SWT memberikan ilustrasi yang sangat jelas tentang kehidupan dunia. Hidup ini laksana tanaman yang tumbuh dengan subur, warna daunnya hijau, kemudian menguning, dan pada akhirnya kering dan hancur.

Begitulah kehidupan di dunia ini. Awalnya kita muda belia, gagah dan perkasa. Selanjutnya tumbuh menjadi dewasa, lalu menua, lemah dan tak berdaya. Setelah itu, datanglah batas waktu kehidupan kita di dunia dan ajal pun datang menjemput kita.


Senantiasalah waspada dalam menjalani kehidupan di dunia ini, dan tanamkanlah kecintaan terhadap kebaikan di dunia untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. (Foto : Ist)

 

Kehidupan baru pun segera kita songsong, yakni kehidupan abadi di akhirat. Oleh karenanya Allah SWT mengingatkan pada kedua ayat di atas, agar kita tidak tertipu oleh kepalsuan kehidupan dunia. Senantiasalah waspada dalam menjalani kehidupan di dunia ini, dan tanamkanlah kecintaan terhadap kebaikan di dunia untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat.

Gambaran Kehidupan Dunia Dibandingkan Akhirat

Baginda Rasulullah SAW menggambarkan dunia ini laksana tetesan air dari jari telunjuk setelah dicelupkan ke dalam air laut, seperti yang disampaikan melalui sabdanya: “Demi Allah! Tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kalian yang mencelupkan jarinya ke laut, (perawi hadits ini yaitu) Yahya memberikan isyarat dengan jeri telunjuknya lalu hendaklah dia melihat apa yang dibawa jarinya itu?” (HR. Muslim dan Ibnu Hibban).

Dalam hadits yang lain diceritakan bahwa Rasulullah SAW berjalan melewati sebuah pasar, sementara banyak orang berada di dekat beliau. Beliau kemudian berjalan melewati bangkai anak kambing jantan yang kedua telinganya kecil. Sambil memegang telinganya, beliau bersabda:

“Siapa di antara kalian yang berkenan membeli ini seharga satu dirham?”

Orang-orang berkata: “Kami sama sekali tidak tertarik kepadanya. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?”

Beliau bersabda: “Apakah kalian mau jika ini menjadi milik kalian?”

Orang-orang berkata: “Demi Allah, kalau anak kambing jantan ini hidup, pasti ia cacat, karena kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati.”

Beliau kemudian bersabda: “Demi Allah, sungguh dunia itu lebih hina bagi Allah daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian.” (HR. Muslim).

Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah sudah bahwa dunia penuh canda. Jangan salah menyikapi kehidupan di dunia ini, sebagaimana sabda Baginda Rasulullah SAW yang artinya: “Jadilah kamu di dunia seperti halnya orang asing atau orang yang sekedar menumpang lewat atau musafir.” (HR. Bukhari). (*)


Dunia penuh canda karenanya Jangan salah menyikapi kehidupan di dunia. (Foto : Ist)

Wallahu a’lam bish-shawab.

          

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut