Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. - Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; & Ketua PCM Kecamatan Pagedangan - Tangerang
MULAI turunnya hujan di pertengahan bulan November 2023 ini telah mampu menurunkan suhu udara di sekitar tempat tinggal kita. Namun, hujan yang turun ini ternyata tidak mampu menurunkan suhu politik menjelang pesta demokrasi lima tahunan yang sebentar lagi akan digelar.
Suhu politik di Indonesia jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, khususnya kontestasi pemilihan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang telah memasuki babak baru, justru semakin hangat. Adu gagasan terus dilontarkan, bahkan saling sindir dan saling kritik pun mulai banyak dilakukan.
Sebagai warga negara yang baik, terlebih lagi seorang muslim, tentu kita berharap agar Pemilu 2024 ini mampu melahirkan pemimpin yang terbaik. Pemimpin yang mencintai dan dicintai oleh rakyatnya, yang mampu mewujudkan cita-cita perjuangan para pendiri bangsa ini.
Tidak Cukup Berpangku Tangan
Untuk mewujudkan hal itu, maka tidak cukup dengan berpangku tangan dan mengkhayalkan masa depan bangsa dan negara ini. Sebagai seorang muslim yang baik, maka harus turut berkontribusi dengan berbagai cara agar bangsa Indonesia dianugerahi pemimpin yang terbaik oleh Allah SWT.
Secara lahiriyah, kita harus turut serta dalam setiap tahapan Pemilu yang ada, hingga puncaknya nanti menentukan pilihan di bilik suara pada tanggal 14 Februari 2024. Jadilah pemilih yang cerdas, bukan pemilih pragmatis yang dapat dipengaruhi oleh money politic atau sejenisnya.
Kita, jangan sampai termakan bahkan malah menciptakan berita bohong atau hoaks serta black campaign lainnya. Siapa pun capres dan cawapres pilihan kita, kita boleh bangga dengannya, namun tidak perlu merendahkan dan meremehkan capres dan cawapres yang lain.
Kita tidak boleh memiliki fanatisme buta. Karena dengan fanatisme buta hanya akan menyebabkan diri kita memandang baik dan sempurna calon pilihan kita saja, serta menutup diri dan menolak terhadap kebenaran yang datangnya dari calon pilihan yang lain.
Namun demikian, harus diingat bahwa kesalahan kita dalam memilih pemimpin, maka bisa jadi akibatnya bukan hanya lima tahun ke depan. Oleh karenanya, kita dituntut untuk memahami visi, misi, program kerja, rekam jejak, serta partai apa atau siapa saja yang mendukungnya.
Itulah beberapa ikhtiar lahiriyah yang dapat dilakukan oleh seorang muslim yang baik. Selanjutnya, setelah ikhtiar lahiriyah kita lakukan, maka hasil akhirnya kita serahkan kepada Allah sebagai bentuk ketawakkalan kita kepada-Nya.
Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT yang artinya: “... Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran [3]: 159).
Editor : Syahrir Rasyid