get app
inews
Aa Text
Read Next : HIKMAH JUMAT : Fungsi Strategis Rumah dalam Islam  

HIKMAH JUMAT : Iman Butuh Ujian

Jum'at, 26 Januari 2024 | 05:47 WIB
header img
Hidup adalah rangkaian ujian demi ujian yang datang silih berganti. Terkadang sedih berganti dengan bahagia, duka berganti dengan gembira. (Foto: Ist)

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; & Ketua PCM Pagedangan - Tangerang

KETIKA seseorang mengatakan bahwa dia punya segenggam mas murni 24 karat, maka untuk membuktikan bahwa perkataannya benar, mas tersebut harus diuji terlebih dahulu kadar kemurniannya. Tidak serta merta orang dapat percaya dan langsung membeli mas tersebut.

Ketika seorang mahasiswa hendak lulus dan menyandang gelar akademik sesuai dengan keilmuannya, tentu tidak serta merta mahasiswa tersebut mendapatkan gelar sebelum memenuhi persyaratan, dimana salah satunya adalah lulus dari ujian atau sidang hasil penelitian.

Demikian pula dengan keimanan kita, ketika kita menyatakan diri beriman kepada Allah SWT maka tidak serta merta iman kita dicatat sebagai iman yang sesungguhnya, sebelum datangnya ujian kepada kita untuk membuktikan bahwa keimanan kita itu adalah keimanan yang benar.

Rangkaian Ujian Demi Ujian

Allah SWT menegaskan hal ini dalam Al Qur’an surat Al-Ankabut [29] ayat 2 yang artinya: “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?”

Pada ayat di atas, Allah SWT seakan-akan menyampaikan “pengumuman” kepada seluruh makhluk-Nya yang bernama manusia, bahwa masing-masing manusia akan diberikan ujian ketika dia mengatakan bahwa dirinya telah beriman.

Untuk apa Allah memberikan ujian kepada manusia?

Mari kita lihat tafsir Jalalayn terkait surat Al-Ankabut [29] ayat 2 di atas. Dijelaskan bahwa bahwa Allah menguji manusia dengan berbagai bentuk ujian atau memberikan cobaan kepada manusia di dunia ini, agar Allah dapat mengetahui siapa di antara manusia yang lebih baik amalnya atau yang lebih taat kepada Allah SWT.

Sejatinya memang hidup adalah rangkaian ujian demi ujian yang datang silih berganti. Terkadang sedih berganti dengan bahagia, duka berganti dengan gembira. Begitulah hidup kita, hari demi harinya adalah tahapan ujian yang harus dilalui dengan sebaik-baiknya.

Allah SWT berfirman yang artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk [67]: 2).


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)
 

Namun, Allah Maha Bijaksana. Allah tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Ujian yang diberikan Allah SWT pasti sudah disesuaikan dengan kadar keimanan kita. Seperti peribahasa, wajarlah jika semakin tinggi suatu pohon maka semakin kencang angin menerpanya.

Allah SWT berfirman yang artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 286). Oleh karenanya, kunci awal dalam menghadapi ujian adalah berprasangka baik dan sikap optimis bahwa kita pasti mampu menghadapi ujian yang Allah berikan.

Namun demikian, setiap manusia hendaknya senantiasa mempersiapkan diri dan terus berusaha untuk dapat memberikan sikap terbaik dalam menghadapi ujian. Karena tidak jarang, ujian yang Allah SWT berikan sungguh terasa amat sangat berat dan hampir-hampir membuat kita patah arang.

Mari kita simak, firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah [2] ayat 214 yang artinya: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?

Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”

Pada ayat di atas dapat kita lihat bahwa ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada seseorang, memang bisa terasa amat sangat berat. Sampai-sampai pada ayat di atas dijelaskan bahwa Baginda Rasulullah SAW dan para sahabatnya pun bertanya tentang waktu datangnya pertolongan Allah.

Pada tafsir Jalalayn dijelaskan bahwa betapa berat ujian yang diterima oleh Baginda Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Mereka ditimpa kemiskinan yang memuncak, penyakit, dan dikejutkan oleh bermacam-macam bala, sehingga mereka menganggap bahwa pertolongan Allah SWT sangatlah terlambat. Namun Allah SWT menjawab, pertolongan Allah itu amat dekat kedatangannya.

Bandingkan dengan ujian atau cobaan yang menimpa kita saat ini. Sudahkah kita merasakan bahwa ujian yang kita hadapi teramat sangat berat? Sudahkah kita merasakan bahwa ujian yang kita hadapi laksana sedang menggendong beban sambil mendaki bukit yang sangat tinggi?


Setiap manusia hendaknya senantiasa mempersiapkan diri dan terus berusaha untuk dapat memberikan sikap terbaik dalam menghadapi ujian.(Foto: Ist)
 

Jika itu yang sudah kita rasakan, maka bersiaplah bahwa pertolongan Allah pasti akan segera datang. Bukankah setelah kita berjalan mendaki hingga puncak dakian akan ada turunan? Bukankah setelah gelapnya malam akan segera datang fajar tanda siang menjelang?

Allah SWT menjamin bahwa dalam setiap kesulitan apa pun yang kita hadapi,  pasti Allah akan berikan kemudahan. Perhatikan firman-Nya yang artinya: “Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah [94]: 5-6).

Dengan demikian, hadapilah rangkaian ujian demi ujian yang ada dalam hidup kita ini dengan penuh optimisme. Berikan sikap yang terbaik yang dapat kita lakukan. Karena dengan sikap seperti itulah, Baginda Rasulullah SAW akan kagum kepada kita sebagai umatnya yang berhasil membuktikan keimanannya.

Baginda Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Alangkah mengagumkannya keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesulitan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HR. Muslim).

Pembaca hikmah Jum’at yang budiman, ketahuilah bahwa ujian itu bukanlah selalu dalam bentuk kesulitan. Sejatinya, ujian yang terberat adalah ujian dalam bentuk kenikmatan yakni kenikmatan yang dapat melalaikan dan menjauhkan seorang hamba dari Allah SWT.

Perhatikanlah firman Allah SWT yang artinya: “Bermegah-megah telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui.” (QS. At-Takatsur [102]: 1-4).

Jadi, iman butuh ujian. Tanpa ujian, iman kita masih dipertanyakan, iman kita belum teruji dan kualitasnya pun diragukan. Oleh karenanya, ujian kehidupan apa pun yang tengah Anda jalani hari ini, pastikan bahwa Anda mampu membuktikan keimanan Anda di hadapan Allah SWT. (*)


Ujian terberat adalah ujian dalam bentuk kenikmatan, yakni kenikmatan yang dapat melalaikan dan menjauhkan seorang hamba dari Allah SWT. (Foto: Ist)
 

Wallahu a’lam bish-shawab.

          

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut