get app
inews
Aa Text
Read Next : HIKMAH JUMAT : Fungsi Strategis Rumah dalam Islam  

HIKMAH JUMAT : Orang yang Bangkrut

Jum'at, 02 Februari 2024 | 05:44 WIB
header img
Jempol dan jari tangan begitu mudah menyebar berita hoaks tanpa terlebih dahulu menyaring sebelum sharing. (Foto: Ist)

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; & Ketua PCM Pagedangan - Tangerang

SALAH SATU  hal yang ditakutkan oleh manusia ketika hidup di dunia adalah mengalami kebangkrutan. Tahukah Anda, bahwa kebangkrutan tidak hanya dialami oleh manusia ketika masih hidup di dunia yang fana ini?

Ada kebangkrutan yang lebih menakutkan bahkan lebih menyakitkan dibandingkan dengan kebangkrutan yang dialami manusia di dunia ini. Itulah kebangkrutan yang dapat dialami seseorang di negeri akhirat nanti. 

Terkait dengan hal ini, suatu ketika Baginda Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabat tentang siapa orang yang mengalami kebangkrutan (muflis)? Pertanyaan ini ditanggapi beragam oleh para sahabat dengan memberikan terminologi sesuai dengan pemahamannya.

Ada yang menjawab bahwa orang yang bangkrut adalah orang rugi dalam perdagangannya, ada juga yang menjawab bahwa orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki suatu harta apa pun. Jawaban-jawaban tersebut menurut Baginda Rasulullah SAW ternyata kurang tepat.

Selanjutnya, Baginda Rasulullah SAW menjelaskan bahwa: “Orang yang menderita bangkrut berat (muflis) dari umatku adalah orang yang dibangkitkan di hari kemudian dengan membanggakan amal ibadahnya yang banyak, ia datang dengan membawa pahala shalatnya yang begitu besar, pahala puasa, pahala zakat, sedekah, amal dan sebagainya. Tetapi kemudian datang pula menyertai orang itu, orang yang dulu pernah dicaci maki, pernah dituduh berbuat jahat, orang yang hartanya pernah dimakan olehnya, orang yang pernah ditumpahkan darahnya. Semua mereka yang dianiaya orang tersebut, dibagikan amal-amal kebaikannya, sehingga amal kebaikannya habis. Setelah amal kebaikannya habis, maka diambillah dosa dan kesalahan dari orang-orang yang pernah dianiaya, kemudian dilemparkan kepadanya kemudian dicampakkannya orang itu ke dalam neraka.” (HR. Muslim).  

Na’udzubillahi min dzalik.

Bayangkan para pembaca Hikmah Jumat yang budiman, ada orang yang datang menghadap Allah SWT dengan membawa pahala yang amat sangat banyak, dia optimis bahwa dia adalah termasuk ke dalam orang yang beruntung dan akan dimasukkan ke dalam surga oleh Allah SWT.


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : iNewsSerpong)
 

Namun, di tengah optimisme orang tersebut, ternyata ada sekelompok orang yang mendatanginya dan menuntut keadilan di hadapan Allah SWT. Mereka adalah orang-orang yang pernah disakiti, dirugikan, didzalimi atau dianiaya, namun ketika di dunia mereka tidak berdaya untuk melawan dan menuntut hak-haknya.

Sekelompok orang ini kemudian menuntut kepada Allah SWT agar hak-haknya dikembalikan oleh si orang yang pahalanya banyak itu. Namun apalah daya, di akhirat tidak berlaku lagi uang maupun harta seseorang, yang ada hanyalah pahala dan dosa. Maka, satu per satu pahala orang itu diserahkan kepada sekelompok orang yang menuntutnya.

Setelah pahalanya habis, ternyata masih ada orang yang menuntut ganti rugi kepadanya. Karena pahalanya sudah habis, maka kini giliran dosa orang yang menuntut ganti rugi ditransfer kepada orang yang tadi pahalanya banyak.

Satu per satu dosa pun dia terima. Bertambah, bertambah dan terus bertambah sehingga orang yang terakhir telah mendapatkan keadilan sesuai dengan haknya. Maka, orang yang tadinya memiliki pahala yang amat sangat banyak itu, kini justru dia memiliki dosa yang amat sangat banyak.

Dia pun kemudian dicampakkan ke dalam neraka karena pahala amal shalihnya habis diambil dan ditukar dengan dosa dari orang-orang yang pernah disakitinya. Bahkan dia pun harus menerima transferan dosa dari orang-orang yang pernah disakitinya.

Bangkrutlah dan celakalah dia. Pahala yang telah dia kumpulkan begitu banyak selama di dunia, kini telah berganti menjadi dosa yang harus dipertanggungjawabkannya di hadapan Allah SWT. Maka keindahan hidup di surga tinggallah angan-angan belaka dan penderitaan hidup di neraka telah tampak di depan mata.


Jika menerima berita hoaks atau aib orang lain, maka cukuplah dan berhentilah sampai di gadget kita. (Foto: Ist)
 

Hadits di atas mengingatkan kepada kita agar senantiasa mengintrospeksi dan mengoreksi diri, karena terkadang tangan ini memberi tetapi kemudian menyakiti hati orang yang menerimanya. Lidah kita yang tak berulang, terkadang begitu mudah untuk mengumpat dan memfitnah orang lain.

Jempol dan jari tangan kita, begitu mudah menyebar berita hoaks tanpa terlebih dahulu menyaring sebelum sharing. Padahal begitu banyak orang yang mungkin dirugikan dan dipermalukan, akibat kita terlalu mudah menyebarkan berita bohong dan aib orang lain di media sosial.

Padahal bisa jadi orang yang kita fitnah, yang kita sebarkan aibnya, sejatinya tidak memiliki masalah, dosa bahkan urusan dengan kita. Jika kita menerima berita hoaks atau aib orang lain, maka cukuplah dan berhentilah sampai di gadget kita. Stop dan jangan teruskan.

Ingat firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Yasin [36] ayat 65 yang artinya: “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.”

Kita terkadang begitu mudah mengoreksi dan mencari kesalahan serta aib orang lain, tetapi kita lupa bahkan tidak pernah mencari kekurangan dan kesalahan serta aib yang ada pada diri kita sendiri.

Begitu bangganya kita dengan ibadah yang dilakukan, namun perilaku dalam berinteraksi dengan sesama justru banyak menyakiti, menganiaya, dan mendzalimi orang lain. Ingat, jika hal itu yang kita lakukan, maka risiko jadi orang yang muflis sudah tampak di depan mata. Maka, jadilah manusia yang taat beribadah dan senantiasa berperilaku baik kepada sesama. (*)


Bangga dengan ibadah yang dilakukan, namun perilaku dalam berinteraksi dengan sesama justru banyak menyakiti, menganiaya, dan mendzalimi orang lain. (Foto: Ist)
 

Wallahu a’lam bish-shawab.

          

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut