Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; & Ketua PCM Pagedangan - Tangerang
TIDAK ADA yang abadi di dunia ini, dan kita sudah paham akan hal itu. Namun sayang, dalam implementasi kepahaman kita itu, ternyata tidak semudah memahami kata-katanya. Banyak di antara kita justru seolah-olah tidak pernah mendengar atau membaca kata-kata tersebut.
Oleh karenanya, banyak orang yang putus asa ketika diuji oleh berbagai kesulitan di dalam hidupnya. Bahkan tidak jarang di antara mereka ada yang berusaha mengakhiri hidupnya ketika kesulitan demi kesulitan melanda hidupnya.
Demikian pula ketika diberikan kemudahan di dalam hidupnya, banyak orang yang kemudian sombong dan memandang remeh orang lain. Bahkan tidak jarang di antara mereka yang kemudian lupa kepada Allah SWT sang Pemberi Rezeki dalam kehidupannya.
Ingatlah, apa pun yang kita rasakan dalam hidup dan kehidupan kita di dunia ini, semuanya pasti akan berlalu, semuanya pasti akan berakhir, karena tidak ada yang abadi dalam hidup dan kehidupan kita di dunia ini.
Kesulitan pasti akan berlalu, kemudahan juga pasti akan berlalu. Semua yang ada di muka bumi ini, apa pun itu jenisnya, pasti akan berlalu atau binasa. Allah SWT berfirman yang artinya: “Semua yang ada di bumi ini akan binasa.” (QS. Ar-Rahman [55]: 26).
Oleh karena itu, kita jangan terpesona dengan kenikmatan-kenikmatan dan gemerlapnya kehidupan dunia. Apa pun jenis dan bentuk kenikmatannya, seluruhnya pasti akan berlalu dan binasa. Lebih jauh dari itu, bahkan kita akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT.
Pada ayat yang lain, Allah SWT mengingatkan melalui firman-Nya yang artinya: “Jangan (pula) engkau sembah Tuhan yang lain (selain Allah). Tidak ada Tuhan selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali dzat-Nya. Segala putusan menjadi wewenang-Nya, dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.” (QS. Al-Qashash [28]: 88).
Boleh jadi di antara kita saat ini ada yang sedang merasakan kesulitan hidup, janganlah merasa lemah dan terlalu bersedih hati. Sebaliknya kita harus tetap optimis bahwa kesulitan hidup yang tengah dihadapi pasti akan berlalu.
Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto: Ist)
Allah SWT berfirman yang artinya: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran [3]: 139).
Namun demikian, bukan berarti kita dilarang secara total untuk bersedih. Sebagai manusia biasa, sedih adalah sifat atau naluri seorang manusia. Tak ada salahnya jika kita bersedih, selama sedihnya itu memang sewajarnya saja. Allah SWT berfirman yang artinya:
“Dan bahwasannya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.” (QS. An-Najm [53]: 43). Berdasarkan ayat ini, sejatinya Allah-lah yang membuat seseorang itu dapat tertawa atau menangis, dan Allah juga yang menciptakan faktor-faktor penyebabnya.
Kesedihan yang dilarang adalah kesedihan yang menyebabkan seseorang menjadi lemah, berputus asa serta membenci takdir Allah. Oleh karenanya Baginda Rasulullah SAW mengajarkan sebuah do’a yang artinya: “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari gundah gulana dan rasa sedih.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sikap terbaik yang dapat kita lakukan ketika kesulitan, penderitaan, kesedihan, dan hal-hal lain yang tidak kita sukai datang dalam kehidupan kita adalah bersabar, dan yakinlah bahwa semuanya akan berlalu. Tersenyumlah dan tetap optimis menghadapi hidup dan kehidupan ini.
Demikian pula jika saat ini ada di antara kita yang tengah diliputi kemudahan, kejayaan, kebahagiaan, termasuk mungkin kekuasaan, maka ingatlah bahwa hal ini pun pasti akan berlalu. Bersikaplah dengan sikap yang terbaik, yakni nikmati dan syukuri, tapi jangan sampai lupa diri.
Dengan segala bentuk kemudahan, kejayaan, kebahagiaan, dan kekuasaan yang Allah berikan kepada kita, maka bantulah orang lain yang membutuhkan bantuan dari kita. Jadikan segala yang kita miliki sebagai penyebab datangnya kebaikan dan kebahagiaan bagi orang lain.
Kita harus ingat, firman Allah SWT yang artinya: “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (QS. Ar-Rahman [55]: 60). Jadi, ketika kita berbuat baik kepada orang lain, sejatinya kita sedang berbuat baik untuk diri kita sendiri, karena manfaat kebaikan itu akan kita rasakan sendiri.
Kesedihan yang dilarang adalah kesedihan yang menyebabkan seseorang menjadi lemah, berputus asa serta membenci takdir Allah. (Foto: Ist)
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman yang artinya: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri ...” (QS. Al-Isra [17]: 7).
Dengan kata lain, apa pun perbuatan yang kita lakukan maka sejatinya perbuatan itu akan kembali kepada diri kita sendiri. Oleh karena itu, jadikan segala bentuk kemudahan, kejayaan, kebahagiaan, dan kekuasaan yang kita miliki saat ini, sebagai penyebab datangnya kebaikan yang lain untuk diri kita.
Sekali lagi, kita harus ingat bahwa semuanya itu akan berlalu. Jangan terlena menikmati segala kemudahan yang Allah berikan, sehingga membuat kita menunda-nunda untuk melakukan kebaikan kepada orang lain.
Janganlah kenikmatan yang Allah berikan kepada kita membuat kita sombong, karena sejatinya segala bentuk kemudahan dan kenikmatan itu Allah pergilirkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ali Imran [3] ayat 26 yang artinya:
Katakanlah (Muhammad): “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Simak pula firman Allah pada surat yang sama ayat ke-27 yang artinya: “Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Dan Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau berikan rezeki kepada siapa saja yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.”
Jelaslah sudah, bahwa semua yang ada di dunia ini, apa pun itu, bahkan termasuk diri kita sendiri, semuanya akan berlalu dan binasa. Ingatlah, apa pun yang kita hadapi saat ini, suka maupun duka, lapang maupun sempit, semuanya pasti berlalu karena tak ada yang abadi di dunia yang fana ini. (*)
Jangan terlena menikmati segala kemudahan yang Allah berikan, sehingga menunda melakukan kebaikan kepada orang lain. (Foto: Ist)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid