Roza dilahirkan dalam keluarga Kazakh-Tatar dari seorang perwira militer berpangkat tinggi di Uni Soviet.
Kakeknya berperang melawan Nazi selama Perang Dunia II, dan ayahnya adalah seorang perwira tinggi selama lebih dari 45 tahun.
Semasa kecil, kata Roza, dia pernah mengikuti program khusus pemerintah untuk anak-anak perwira tinggi.
Roza menceritakan bagaimana dia pernah mempunyai impian besar untuk menekuni dunia desain fesyen. Namun ayahnyalah, katanya, yang memperingatkannya: "Tidak ada pilihan lain."
“Saya dilatih sejak usia dini untuk melakukan berbagai hal seperti seni bela diri, aktivitas fisik,” klaim Roza.
“Saya belajar, kita tidak boleh menyerah, tidak boleh rentan, tidak boleh lemah, tidak boleh menangis. Tidak ada yang boleh mengikuti program ini. Kalau tidak ada anggota keluarga yang berpangkat tinggi, tidak mungkin," paparnya.
"Saya tidak pernah berpikir saya akan [nantinya] mengikuti program seks," imbuh dia.
Pada usia 18 tahun, kata Roza, dia terpilih dari 350 siswa untuk berpartisipasi dalam program rahasia yang dikembangkan oleh mantan psikolog KGB dan perwira tinggi.
Di sana, kata Roza, dia belajar bagaimana menggunakan rayuan dan persuasi untuk mendapatkan informasi dari sasaran musuh.
“Bukan sekedar seks—sebenarnya sangat jauh dari seks,” jelas Roza.
Editor : Syahrir Rasyid
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Bali
- Kepulauan Maluku