Nasir Tamara, dkk dalam Hamka di Mata Hati Umat (1983) menyebut nama Hamka pertama kali populer usai sang ulama menunaikan ibadah haji pada 1972 lalu. Penyematan gelar 'Haji' di depan nama panjangnya menyempurnakan singkatan Hamka.
Alasannya pun disebut beragam. Salah satunya, melepaskan diri dari bayang-bayang ayahnya yang merupakan ulama terkenal di Sumatera sekaligus murid Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi.
Alasan lainnya, sebagaimana tercantum dalam Kenang-kenangan 70 Tahun Buya Hamka (1983), yakni agar masyarakat lebih mudah mengingat namanya. Sebab, nama Haji Abdul Malik Karim Amrullah dianggap terlalu panjang.
Alasan ini didukung oleh Sarwan dalam Sejarah dan Perjuangan Buya Hamka di Atas Api di Bawah Api (2001). Dia menegaskan penyingkatan nama Hamka berkaitan dengan aktivitas penulisannya.
Selain berdakwah, Hamka diketahui berprofesi sebagai jurnalis. Dia pernah menjadi wartawan berbagai surat kabar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Panji Masyarakat.
Selain Hamka, menurut Badan Bahasa Kemdikbud, dia terkadang menggunakan nama samaran seperti A.S. Hamid, Indra Maha, dan Abu Zaki dalam dunia kepengarangan.
(*)
Editor : Syahrir Rasyid