Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang
BERUNTUNGLAH ANDA, wahai para pembaca Hikmah Jum’at, yang hari ini masih hidup bersama dengan kedua orang tuanya. Mungkin ada yang hidup bersama satu atap dengan orang tua, berdekatan atau mungkin hidup berjauhan secara jarak dengan orang tua.
Satu hal yang pasti harus ada adalah kedekatan hati kita kepada kedua orang tua kita. Jarak boleh memisahkan fisik kita, namun hati tidak boleh dipisahkan oleh apa pun. Hati kita harus tetap berdekatan dengan kedua orang tua kita.
Islam adalah agama yang mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa berbakti kepada kedua orang tua. Bahkan perintah berbakti kepada kedua orang tua, disebutkan setelah perintah agar kita menyembah Allah SWT tanpa mempersekutukan-Nya dengan apa pun.
Perhatikan firman Allah Ta’ala berikut ini: “Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al-Isra [17]: 23).
Selanjutnya masih pada surat yang sama (Al-Isra) ayat ke-24, Allah Ta’ala langsung mengajarkan kepada kita bagaimana sikap yang terbaik yang harus dilakukan seorang anak dalam berbakti kepada kedua orang tuanya.
Ayat tersebut berbunyi: Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua (menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu kecil.”
Berdasarkan kedua ayat di atas, Allah Ta’ala mewajibkan seluruh umat Islam untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Berbakti kepada orang tua dapat dilakukan di antaranya dengan cara hormat dan patuh kepada kedua orang tua, atau berbuat baik dan mendo’akannya.
Sikap bakti kita kepada kedua orang tua, merupakan perbuatan yang dapat mendatangkan keberkahan hidup, tidak hanya di dunia ini bahkan kehidupan kita di akhirat nanti. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua.” (HR. Baihaqi).
Subhanallah. Begitu dahsyatnya keutamaan yang akan kita dapatkan jika kita berbakti kepada kedua orang tua. Orang tua adalah pintu surga paling tengah, sebagaimana dikabarkan oleh sahabat Baginda Rasulullah SAW yang bernama Abu Darda.
Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto: Ist)
Sahabat Abu Darda pernah mengabarkan bahwa Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Orang tua adalah pintu surga paling tengah, maka jagalah kedua orang tuamu atau justru kamu meninggalkannya.” (HR. Ibnu Majah).
Pada hadits yang lain, Baginda Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya: “Orang tua adalah pintu surga paling tengah, terserah kamu ingin merawat pintu tersebut atau tidak.” (HR. At-Tirmidzi).
Jika kita perhatikan kedua hadits di atas, seolah-olah Baginda Rasulullah SAW memberikan pilihan kepada kita, apakah mau berbakti atau tidak kepada kedua orang tua. Hal ini perlu dipahami bahwa ungkapan tersebut merupakan sindiran bagi seorang anak agar mau berbakti kepada kedua orang tuanya, agar mendapatkan balasan surga dari Allah Ta’ala.
Dengan demikian, merugilah seorang anak yang tidak berbakti kepada kedua orang tuanya. Dengan tidak mau berbakti kepada orang tuanya, maka itu artinya dia telah memilih untuk tidak mendapatkan keberkahan dalam kehidupannya, bahkan dia telah menutup pintu surga baginya.
Pada kedua hadits di atas disebutkan bahwa kedua orang tua adalah pintu surga paling tengah. Pernyataan ini dapat dimaknai bahwa pintu surga paling tengah adalah pintu yang terbaik. Oleh karenanya seorang anak tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan untuk meraih surga dengan jalan berbakti kepada kedua orang tua.
Kewajiban berbakti kepada orang tua berlaku secara umum. Artinya, seorang anak wajib berbakti kepada orang tuanya, sekalipun kedua orang tuanya bukan seorang muslim. Hal ini ditegaskan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya yang artinya:
“Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami) Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku (kamu) kembali.” (QS. Lukman [31]: 14).
Namun demikian, Allah Ta’ala mengingatkan kepada kita agar ketaatan kepada kedua orang tua tidak dilakukan secara membabi buta. Ketika orang tua meminta bahkan memaksa kita untuk melakukan sesuatu yang mengandung kemusyrikan, maka wajib hukumnya untuk menolak dengan cara yang baik.
Berbakti kepada orang tua dapat dilakukan di antaranya dengan cara hormat dan patuh kepada kedua orang tua, atau berbuat baik dan mendo’akannya. (Foto: Ist)
Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentang itu, jangan patuhi keduanya, (tetapi) pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beri tahukan kepadamu apa yang biasa kamu kerjakan.” (QS. Lukman [31]: 15).
Berbakti kepada orang tua tidak hanya dilakukan ketika kedua orang tua kita masih hidup bersama kita. Bakti kita kepada orang tua tetap bisa dilanjutkan dan dilakukan walaupun salah satu atau kedua orang tua kita telah meninggal.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, diceritakan oleh Abu Usaid bahwa suatu ketika dia sedang duduk-duduk bersama Rasulullah SAW. Tiba-tiba ada seorang laki-laki dari sahabat Anshar mengunjungi nabi. Ia kemudian bertanya: “Ya Rasulullah, apakah saya bisa berbakti kepada kedua orang tua saya yang sudah meninggal?”
Rasulullah SAW menjawab: “Iya, ada empat hal, yaitu mendo’akan mereka, memohonkan ampun untuk keduanya, menunaikan janji mereka dan memuliakan teman mereka, serta menjalin silaturrahmi dengan orang-orang yang tidak akan menjadi saudaramu, kecuali melalui perantara ayah-ibumu. Itulah bakti yang kamu lakukan setelah mereka meninggal.”
Oleh karenanya, jika orang tua kita masih hidup bersama dengan kita saat ini, jangan sia-siakan mereka. Karena kita akan menjadi orang yang celaka jika kita menyia-nyiakan keberadaan mereka. Bisa jadi hidup kita tidak berkah dan di akhirat nanti kita tidak dapat masuk surga.
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satu atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk surga.” (HR. Muslim).
Dengan demikian, berbaktilah kepada kedua orang tua kita, baik saat mereka masih hidup bersama dengan kita, maupun setelah mereka wafat meninggalkan kita. Jangan tutup pintu surgamu dengan menyia-nyiakan kesempatan berbakti kepada kedua orang tua.
Semoga Allah mengampuni dan menyayangi kedua orang tua kita dan mengumpulkan kita kembali bersama dengan kedua orang tua dan seluruh keluarga kita di dalam surga-Nya nanti. Aamiin. (*)
Bakti kita kepada orang tua tetap bisa dilanjutkan dan dilakukan walaupun salah satu atau kedua orang tua kita telah meninggal. (Foto: Ist)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid