get app
inews
Aa Text
Read Next : HIKMAH JUMAT : We Are The Champions

HIKMAH JUMAT : Membangun Keluarga Samara

Jum'at, 13 Juni 2025 | 06:07 WIB
header img
Pernikahan bukan hanya memenuhi kebutuhan biologis, tetapi juga untuk menghadirkan sakinah, mawaddah, dan rahmah (samara) dalam kehidupan rumah tangga. (Foto: Ist)

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang

BULAN DZULHIJJAH dikenal juga sebagai bulan Rayagung dalam penanggalan tradisi, khususnya tradisi Sunda. Bulan ini, juga menjadi salah satu bulan yang banyak digunakan untuk melakukan prosesi pernikahan dalam tradisi masyarakat muslim di Indonesia.

Namun demikian, dalam sirah nabawiyah bulan Dzulhijjah tidak termasuk ke dalam bulan yang memiliki sejarah khusus dengan prosesi pernikahan Baginda Rasulullah SAW maupun keluarganya. Bulan-bulan yang di dalamnya tercatat ada prosesi pernikahan adalah Syawal, Rajab, Rabiul Awwal, Safar, dan Muharram.

Terlepas dari itu semua, tujuan utama pernikahan adalah dalam rangka beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karenanya, keluarga yang dibina oleh kedua mempelai adalah wujud sekaligus fondasi utama dalam mewujudkan ketaatan dalam beribadah.

Dalam Islam, keluarga tidak hanya dipandang sebagai hubungan biologis, tetapi juga sebagai wadah ibadah, tempat saling mencintai, mendidik, dan membentuk generasi shalih. Keluarga adalah fondasi untuk membangun masyarakat yang kuat dan beradab.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan tujuan pernikahan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis, tetapi juga untuk menghadirkan sakinah, mawaddah, dan rahmah (samara) dalam kehidupan rumah tangga. Perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya:

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." (QS. Ar-Rum [30]: 21).

Ayat di atas menjadi landasan bahwa rumah tangga ideal dalam Islam adalah yang menghadirkan ketenangan (sakinah), cinta (mawaddah), dan kasih sayang (rahmah). Lalu, bagaimana caranya membangun keluarga samara? Berikut beberapa tips islami yang bisa diterapkan.

Niatkan Pernikahan Karena Allah

Segala sesuatu yang diniatkan karena Allah akan mendapat keberkahan. Begitu pula dalam pernikahan. Jika pernikahan hanya berdasarkan nafsu atau tujuan duniawi semata, maka besar kemungkinan tidak langgeng.

Tetapi jika diniatkan untuk ibadah, membentuk keluarga yang taat dan mencetak generasi shalih, maka Allah akan memudahkan dan memberkahi. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : iNewsSerpong)
 

Komunikasi yang Baik dan Terbuka

Komunikasi adalah kunci utama keharmonisan rumah tangga. Suami dan istri harus belajar saling mendengarkan, berbicara dengan lembut, dan saling memahami.

Jangan biarkan kesalahpahaman kecil membesar karena kurangnya komunikasi. Rasulullah SAW adalah teladan dalam berbicara dengan para istrinya. Beliau bersikap lembut, penuh kasih, dan tidak pernah berkata kasar.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: “Aku bermalam di rumah Maimunah pada suatu malam, dan Nabi SAW bersamanya. Aku ingin melihat bagaimana shalat Rasulullah SAW di malam hari. Maka Rasulullah SAW berbincang-bincang dengan keluarganya sejenak, kemudian beliau tidur.”

Menjalankan Peran Sesuai Tuntunan Islam

Dalam Islam, suami adalah pemimpin keluarga (qawwam), sedangkan istri adalah pengatur rumah tangga. Namun keduanya adalah mitra yang saling melengkapi. Suami wajib memberi nafkah lahir batin dan membimbing keluarga dalam ketaatan. Sementara istri menjaga kehormatan diri dan harta suaminya saat suami tidak di rumah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka..." (QS. An-Nisa [4]: 34).

Saling Menghormati dan Menghargai

Rasa hormat dan saling menghargai peran masing-masing antara suami dan istri merupakan fondasi keutuhan rumah tangga. Perbedaan pendapat atau pendapatan itu lumrah, tetapi tidak boleh sampai merendahkan pasangan.

Istri harus menghormati dan menghargai suaminya sebesar apa pun penghasilannya. Suami juga harus menghormati dan menghargai peran istrinya dalam rumah tangga. Baginda Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku." (HR. At-Tirmidzi).

Ibadah Bersama dan Saling Mendo’akan

Rumah tangga yang dipenuhi ibadah akan dirahmati oleh Allah. Usahakan untuk membangun kebiasaan ibadah bersama: shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an, berdo’a bersama, dan saling menasihati dalam kebaikan. Rumah tangga seperti inilah yang akan dilindungi dari gangguan setan.

Jangan lelah untuk terus mendoakan pasangan dan anak-anak agar menjadi hamba yang shalih dan dicintai Allah. Salah satu do’a yang dicontohkan adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya: "Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Furqan [25]: 74).


Dalam Islam, suami adalah pemimpin keluarga (qawwam), sedangkan istri adalah pengatur rumah tangga. Namun keduanya adalah mitra yang saling melengkapi. (Foto: Ist)
 

Sabar dan Lapang Dada dalam Menghadapi Ujian

Tidak ada rumah tangga yang bebas dari ujian. Bisa jadi berupa masalah ekonomi, kesehatan, perbedaan karakter, hingga ujian dari luar. Kunci menghadapi semuanya adalah kesabaran dan tawakal kepada Allah.

Jangan jadikan masalah sebagai alasan perpecahan, tapi jadikan sebagai peluang memperkuat ikatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: "Dan Kami jadikan sebagian kamu sebagai cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan Tuhanmu Maha Melihat." (QS. Al-Furqan [25]: 20).

Menjaga Romantisme dan Keintiman

Dalam Islam, romantisme bukan sesuatu yang tabu, bahkan dianjurkan sebagai bentuk kasih sayang. Rasulullah SAW biasa mencium istrinya sebelum pergi shalat, memanggil dengan nama panggilan yang indah, dan berlomba lari dengan istrinya.

Romantisme dan keintiman adalah hak dan kewajiban yang harus diterima dan diberikan oleh masing-masing pasangan. Baginda Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya dalam tubuhmu ada hak yang harus kamu tunaikan, dan istrimu juga memiliki hak atas dirimu." (HR. Bukhari dan Muslim).

Berusaha Mendidik Anak dengan Nilai Islam

Anak adalah amanah dari Allah. Mendidik anak dengan nilai Islam adalah bagian dari membangun keluarga samara. Ajarkan akhlak mulia, kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta tanggung jawab sebagai Muslim.

Mendidik anak menjadi anak yang shalih adalah investasi jangka panjang yang hasilnya akan kita rasakan hingga di akhirat kelak. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendo’akan kepadanya.” (HR. Muslim). (*)


Anak adalah amanah dari Allah. Mendidik anak dengan nilai Islam adalah bagian dari membangun keluarga samara. (Foto: Ist)

 

Wallahu a’lam bish-shawab.

          

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut