HIKMAH JUMAT : Keutamaan Guru dalam Islam
Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan Kab. Tangerang)
PEKAN INI adalah pekan pertama bagi anak-anak kita yang bersekolah dari jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah kembali memulai aktivitasnya. Berbagai lajur jalan pun mulai mengalami kepadatan hingga kemacetan karena aktivitas sekolah ini.
Untuk siswa baru, aktivitasnya adalah mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutnya dengan MPLS Ramah. Sementara itu, Kementerian Agama menyebut program bagi siswa barunya adalah Masa Ta’aruf Siswa Madrasah (Matsama).
Secara umum, MPLS maupun Matsama memiliki tujuan yang sama yakni membantu siswa baru beradaptasi dengan lingkungan sekolah/madrasahnya, mengenali potensi diri, menumbuhkan kebanggaan terhadap sekolah/madrasahnya, serta memberikan motivasi, semangat, dan cara belajar efektif, termasuk pengenalan kurikulum yang digunakan di sekolah/madrasah.
Setelah melalui kegiatan MPLS atau Matsama, maka seluruh siswa baik yang baru maupun yang lama, akan melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) seperti biasa yang didampingi oleh seorang guru atau juga tim guru (team teaching).
Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 1 dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Berdasarkan UU No. 14 tahun 2005 pasal 1 di atas, begitu berat tugas dan fungsi seorang guru di sekolah/madrasah. Lantas, bagaimana pandangan Islam terhadap profesi guru?
Sebelum membahas lebih lanjut tentang pandangan Islam terhadap profesi guru, ada baiknya kita kenali terlebih dahulu sebutan guru di dalam Islam. Guru dalam Islam terkadang disebut dengan murabbi, mu’allim, mu’addib, atau mudarris. Guru juga terkadang disebut dengan gelarnya yaitu Al-Ustadz atau Asy-Syaikh.
Selanjutnya, guru dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat penting dan terhormat. Dalam Islam, seorang guru memiliki keutamaan tersendiri yakni sosok yang sangat mulia. Kemuliaan yang dimiliki seorang guru tidak lepas dari Islam sebagai agama yang sangat mengagungkan ilmu.

Tingginya kedudukan guru dalam Islam, karena Islam berpandangan bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Perhatikan firman Allah yang artinya: “Mereka menjawab, Maha Suci Engkau, tidak ada pengetahuan bagi kami selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui (lagi) Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah [2]: 32).
Guru sejati adalah guru yang memiliki jiwa besar, senantiasa berusaha menyiapkan generasi penerus yang berkualitas, mentransfer ilmu pengetahuan, serta memiliki posisi sebagai pewaris para nabi. Guru adalah pemilik ilmu atau ulama, sedangkan ulama adalah pewaris para nabi.
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Dengan kata lain, guru yang sejati adalah orang-orang pilihan dan dipilih oleh Allah sebagai pewaris Kitabullah. Perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya: “Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami.” (QS. Fathir [35]: 32).
Perlu diketahui bahwa Islam tidak membeda-bedakan atau memberikan dikotomi terhadap ilmu agama dan ilmu dunia. Keduanya memiliki kedudukan yang sama. Islam memandang ilmu sebagai satu kesatuan yang utuh, mencakup pengetahuan tentang ma’rifatullah dan pengetahuan tentang alam semesta.
Ilmu dalam Islam dipahami sebagai sarana untuk mengenal dan memahami kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mengenal dan memahami kebesaran Allah dapat dilakukan melalui ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya di alam semesta), dan ayat-ayat qauliyah (firman Allah di dalam Al-Qur’an).
Oleh karenanya, menjadi kewajiban guru sejati untuk mengenalkan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui bidang ilmu yang diajarkannya. Jadilah guru yang dapat memberikan pemahaman utuh tentang Allah melalui pelajaran yang diampunya sesuai, dengan tingkat pendidikan siswa-siswanya.
Dengan demikian, maka posisi guru dalam pandangan Islam adalah sangat strategis. Keutamaan seorang guru itu karena tugas mulia yang diembannya. Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayatkan sebuah hadits yang artinya: “Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu dibanding ahli ibadah, laksana keutamaan bulan di malam purnama dibanding seluruh bintang-bintang.”

Lebih jauh dari itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).
Tidak hanya ayat atau hadits yang sudah dibahas di atas yang menggambarkan keutamaan seorang guru. Sejatinya, masih banyak keutamaan guru menurut pandangan Islam. Keutamaan tersebut tidak hanya dapat diraih di dunia, bahkan nanti di akhirat pun masih dapat diraihnya.
Mari kita perhatikan sabda Baginda Rasulullah SAW dari Abu Hurairah RA yang artinya: “Apabila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo’akannya.” (HR. Muslim).
Bagi engkau para guru, tetaplah semangat menjalankan tugas sebagai pewaris para nabi. Betapa mulia dan terhormatnya kedudukan engkau di hadapan manusia, terlebih di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Wahai para guru, ketahuilah bahwa kiamat tidak akan pernah ditegakkan, hingga ilmu diangkat dan lenyap dari muka bumi ini. Lenyapnya ilmu dari muka bumi ini ditandai dengan wafatnya para guru yang mulia, yang menjalankan tugas kemuliaannya dengan cara yang mulia pula.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengampuni seluruh kekhilafan guru-guru kita. Khususnya bagi guru kita yang telah wafat, semoga Allah menjadikan kuburnya sebagai bagian dari taman-taman surga, memuliakannya, dan memasukkannya ke dalam surga-Nya. Aamiin. (*)

Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid