HIKMAH JUMAT : Saat Ibadah Mulai Terasa Berat
Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang.
PERNAHKAH ANDA merasa ibadah terasa berat? Shalat seolah hanya rutinitas, dzikir sekadar formalitas, dan tilawah pun mulai jarang tersentuh. Tenang, Anda tidak sendiri. Bisa jadi setiap muslim pernah mengalami masa di mana semangat ibadah menurun.
Namun, yang penting bukan seberapa sering kita jatuh, melainkan seberapa cepat kita bangkit dan memperbarui semangat untuk kembali dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Terlebih lagi saat ini adalah bulan Oktober di kalender Miladiyah, bulan yang penuh dengan semangat.
Ada beberapa hari besar nasional di bulan Oktober yang identik dengan rasa semangat. Pertama hari ulang tahun Tentara Nasional Indonesia tanggal 5 Oktober. Kedua adalah Hari Santri Nasional 22 Oktober, dan terakhir adalah Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Oktober.
Oleh karenanya, bulan Oktober ini menjadi waktu yang tepat bagi siapa saja yang saat ini tengah mengalami penurunan semangat dalam beribadah, untuk kembali bergairah atau bersemangat dalam menjalankan ibadahnya. Mari kita pahami beberapa hal yang dipaparkan di bawah ini.
Dalam pandangan Islam, ibadah bukan hanya ritual, tapi juga cara hidup (way of life). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56)
Ayat ini menegaskan bahwa tujuan hidup kita bukan sekadar bekerja, mengejar target, atau mencari harta, tetapi beribadah kepada Allah dengan sepenuh hati. Saat niat ini kembali kita sadari, ibadah akan terasa lebih bermakna dan menjadi sumber kebahagiaan sejati, bukan beban.
Ada banyak sebab kenapa ibadah terasa berat, seperti kesibukan dunia yang menyita waktu dan pikiran, dosa kecil yang dibiarkan dan membuat hati mengeras, kurangnya ilmu sehingga kita lupa makna di balik ibadah, serta lingkungan yang lalai membuat iman perlahan meredup.
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya iman itu bisa usang dalam diri kalian sebagaimana usangnya pakaian. Maka mintalah kepada Allah agar memperbarui iman di dalam hati kalian.” (HR. Ath-Thabrani)
Iman memang bisa menurun, tapi kabar baiknya adalah iman bisa diperbarui. Seperti api yang padam, semangat ibadah bisa menyala lagi kalau kita tahu bagaimana cara menyalakannya. Jadi tetap semangat untuk kembali meraih energi yang dahsyat dari keimanan kita.

Niat adalah kunci utama untuk bersemangat dalam beribadah. Ketika ibadah dilakukan karena cinta dan rindu kepada Allah, bukan karena kewajiban semata, maka hati akan merasa ringan dan menikmati dalam melakukannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am [6]: 162)
Semangat sejati lahir dari niat yang tulus. Maka, periksa niat kita sebelum beribadah. Apakah ibadah kita karena cinta kepada Allah atau hanya sebatas formalitas? Perbaiki dan luruskan niat, agar ibadah kita terasa nikmat.
Baginda Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam beribadah. Beliau berdiri lama ketika shalat di malam hari hingga kakinya bengkak. Ketika Ibunda Aisyah RA bertanya, “Mengapa engkau bersusah payah, padahal dosamu telah diampuni?”
Baginda Rasulullah SAW pun menjawab: “Apakah aku tidak pantas menjadi hamba yang bersyukur?” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibadah yang dilakukan dengan rasa syukur, bukan sekadar kewajiban, akan melahirkan semangat yang tak pernah padam. Karena cinta sejati selalu membawa rindu untuk berjumpa dengan yang dicinta.
Terdapat beberapa tips praktis yang dapat digunakan untuk menyalakan kembali semangat kita dalam beribadah. Yang pertama adalah perbarui wudhu dan hati. Setiap kali wudhu, bayangkan dosa yang ikut luruh bersama air. Setelahnya, shalat sunnah dua rakaat.
Adalah Bilal bin Rabah RA yang mendapat kabar gembira dari Baginda Rasulullah SAW yang mendengar suara langkah sandal Bilal di surga. Saat ditanya Bilal pun menjawab: “Aku tidak pernah berwudhu kecuali aku shalat dua rakaat setelahnya.” (HR. Bukhari)
Dari kisah ini kita belajar bahwa bukan besarnya ibadah yang menentukan nilai ibadah kita, tetapi semangat dan keikhlasan hatilah yang menjadikannya bernilai tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Yang kedua adalah melalui cara mendekatkan diri dengan Al-Qur’an. Bacalah Al-Qur’an walau hanya satu ayat setiap hari. Ketahuilah bahwa Al-Qur’an bukan hanya sekedar bacaan, tapi charger iman yang menenangkan hati.
Membaca Al-Qur’an juga bermakna kita sedang mengingat Allah (dzikrullah). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya:“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 28)
Selanjutnya yang ketiga adalah pilihlah lingkungan yang dapat menguatkan iman. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya tempat tinggal, melainkan juga termasuk lingkungan pertemanan atau persahabatan dalam pergaulan sehari-hari.
Bertemanlah dengan orang yang rajin beribadah, karena semangat itu menular. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya, maka perhatikanlah dengan siapa kamu berteman.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Tips praktik yang terakhir adalah menghadiri majelis ilmu. Menuntut ilmu sama dengan menyalakan cahaya di hati. Semakin kita tahu keutamaan ibadah, semakin besar semangat untuk melakukannya.
Dengan menyalanya kembali semangat beribadah, tumbuh dan hidup di dalam hati kita, maka Allah akan memberikan ketenangan hati, kekuatan dalam menghadapi ujian, dan kemudahan dalam segala urusan.
Ibadah yang dilakukan dengan semangat membuat hidup terasa lebih ringan dan hati lebih damai. Biarlah dunia tetap sibuk, tetapi jiwa kita harus tetap tenang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl [16]: 128)
Ibadah bukan sekadar kewajiban, tapi jadikanlah ibadah sebagai tempat pulang bagi hati yang lelah. Saat dunia menyesakkan, maka sujudlah. Karena di dalam sujud itulah kedamaian sejati akan kita temukan.
Mari perbarui semangat ibadah setiap hari dengan cinta, syukur, dan kerinduan kepada-Nya. Karena Allah telah menyeru hamba-hamba-Nya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran [3]: 133). (*)

Editor : Syahrir Rasyid