get app
inews
Aa Text
Read Next : Harbolnas 2025: Pemerintah Targetkan Transaksi Naik 10%, Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi yang Berkah

Sabtu, 08 November 2025 | 10:09 WIB
header img
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. (Foto: Ist)

OPINI: Oleh Syahrir Rasyid, Pimpinan Redaksi iNewsSerpong

KABAR baik datang dari Kementerian Keuangan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 5,04% (year on year) pada kuartal III-2025.

Senyum lebar pun terukir di wajah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Ia menyebut capaian ini sebagai bukti pengelolaan APBN yang efektif, hasil koordinasi kuat antara kebijakan fiskal dan moneter.

“APBN dikelola secara efektif, diperkuat koordinasi dengan otoritas moneter dan sektor keuangan,” ujarnya pada Kamis (6/11/2025), seperti dikutip iNewsSerpong.

Beberapa indikator pertumbuhan memang cukup menggembirakan. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,89%, didorong meningkatnya mobilitas masyarakat, transaksi digital, dan geliat pariwisata.

Sementara belanja pemerintah naik 5,49%, berkat kenaikan pengeluaran barang dan pegawai yang cukup signifikan.

Dampaknya pun mulai terasa. Pemerintah mencatat 1,9 juta lapangan kerja baru tercipta hingga Agustus 2025, menurunkan tingkat pengangguran menjadi 4,85%.

Tiga sektor terbesar penyerap tenaga kerja adalah pertanian, manufaktur, dan perdagangan.

Pemerintah juga menyiapkan stimulus Rp34,2 triliun dan delapan program akselerasi ekonomi senilai Rp15,7 triliun untuk menjaga momentum positif tersebut.

Namun, di sisi lain, sejumlah ekonom menilai pertumbuhan 5% itu masih “pas-pasan”. Ibarat rumah tangga, katanya, ekonomi Indonesia masih dalam fase “gali lubang, tutup lubang”.

Pandangan itu tentu tidak sepenuhnya keliru. Tapi juga tidak sepenuhnya benar.

Pertumbuhan ekonomi 5% baru bisa disebut “gali lubang, tutup lubang” jika kenaikannya didorong utang atau belanja yang tidak produktif—bukan oleh aktivitas ekonomi riil.

Pertumbuhan seperti itu ibarat semu: uang memang beredar, tapi bersumber dari pinjaman yang menambah beban APBN lewat bunga dan cicilan utang.

Sebaliknya, bila pertumbuhan datang dari sektor produktif—investasi riil, ekspor meningkat, daya beli masyarakat terjaga, dan pajak tumbuh—maka ekonomi itu bertumbuh secara sehat dan berkelanjutan.

Keberkahan dan Keadilan

Nah, dalam perspektif Islam, pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dari angka. Ada dimensi lain yang jauh lebih dalam: keberkahan dan keadilan distribusi.

Allah SWT berfirman dalam -- QS. Al-A’raf: 96):

“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi......”

Artinya, keberkahan ekonomi lahir dari iman dan takwa, bukan sekadar produktivitas material.

Pertumbuhan yang berkah adalah pertumbuhan yang disertai kejujuran, amanah, dan keadilan sosial.

Kita patut bersyukur, di tengah situasi global yang masih penuh ketidakpastian, ekonomi Indonesia tetap tumbuh pada angka 5,04%.

Semoga pertumbuhan ini menjadi awal dari ekonomi yang bukan hanya kuat, tapi juga penuh berkah—jauh dari riba, korupsi, dan kesenjangan sosial. (*)


Perekonomian Indonesia tumbuh pada angka 5,04% triwulan ketiiga 2025. (Foto: Ist)

 

 

 

 

 

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut