"Saat ini, total Bitcoin yang bersirkulasi di exchange diestimasikan sebesar 2,5 juta atau hanya sekitar 13,2% dari jumlah keseruan Bitcoin yang beredar pada November 2018,” ungkapnya.
Pada Maret 2022, Bitcoin bergerak pada rentang harga USD37.000 hingga USD47.000. Menariknya, titik harga USD47,000 ini justru baru dicapai pada akhir Maret. Hal yang sama juga terjadi pada Ethereum, yang bergerak pada rentang USD2.470 dan USD3.300 dengan level harga tertingginya USD3.300, juga terjadi pada akhir Maret ini.
Seiring bergairahnya harga Bitcoin, beberapa aset kripto juga turut menorehkan capaian yang cukup menjanjikan yang diimbangi dengan kenaikan harga secara signifikan. Contohnya adalah Axie Infinity (AXS), Loopring (LRC), dan Ethereum Classic (ETC) yang sempat menorehkan kenaikan harga hingga sekitar 60% pada akhir Maret lalu sebelum kemudian mengalami koreksi minor.
Selain itu, dapat dilihat juga bahwa aset kripto second liner atau aset kripto menengah lainnya seperti Zilliqa, Holo, Convex, Apecoin, Vechain, Filecoin, dan Internet Computer (ICP) juga mengalami lonjakan harga cukup signifikan.
Ultra Zilliqa misalnya, memimpin dengan menorehkan kenaikan sebesar lebih dari 150% setelah mengumumkan bahwa Metapolis, sebuah platform Metaverse as a service (MaaS) Zilliqa akan bekerja sama dengan Agora.
”Penting untuk memperhatikan perkembangan dinamika pasar. Salah satunya dengan melihat top gainer dan top loser dari aset kripto di pasar. Top gainer adalah koin yang mengalami peningkatan harga paling tinggi dan terjadi dalam satu hari perdagangan. Sedangkan top loser adalah koin yang mengalami penurunan harga paling tinggi pada hari tersebut,” beber Siska. (*)
Editor : Syahrir Rasyid