Jakarta Ibu Kota Terpadat Di Dunia: Penuh Dinamika Sosial Yang Tak Bisa Diabaikan
Dalam pandangan Islam, kondisi kota yang terlalu padat hingga menurunkan kualitas hidup bukan persoalan kecil.
Ketika rumah berhimpitan, cahaya matahari sulit masuk, sanitasi buruk, dan ruang gerak warga terbatasi, maka itu bukan hanya masalah teknis, tetapi juga tanggung jawab moral.
Islam mengajarkan bahwa pembangunan bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga kemaslahatan manusia.
Allah menegaskan:
“...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri....”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Ini artinya, perbaikan tidak dapat hanya diserahkan kepada pemerintah. Masyarakat pun memegang peran sama penting—menjaga lingkungan, membangun kesadaran, dan saling membantu.
Setidaknya, terdapat empat prinsip utama pembangunan kota dalam perspektif Islam:
1. Tashfiyah (membersihkan)
Menjaga kebersihan lingkungan, mengurangi sampah, mencegah penyakit.
2. Tanziim (mengatur)
Mengelola ruang secara tertib, mencegah penumpukan hunian.
3. Ta’awun (kerjasama)
Membangun solidaritas warga untuk memperbaiki lingkungan bersama.
4. Ihsan (kebaikan maksimal)
Memberikan kualitas hidup yang layak, terutama untuk kelompok rentan.
Bila empat prinsip ini diterapkan, kota padat sekalipun bisa menjadi tempat yang membawa keberkahan bukan tekanan.
Karena kota yang baik bukan diukur dari banyaknya orang yang tinggal di dalamnya, melainkan dari seberapa layak tiap warganya bisa hidup. (*)

Editor : Syahrir Rasyid