Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma & Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah
FENOMENA crazy rich beberapa waktu belakangan ini menjadi topik hangat pembicaraan. Mulai dari obrolan di media sosial hingga diskusi di warung kopi. Ada yang pro dan tidak sedikit pula yang kontra terhadap fenomena ini.
Crazy rich adalah sebuah istilah yang viral akhir-akhir ini yang berasal dari sebuah novel karya Kevin Kwan, seorang Novelis dari Singapura. Novel ini kemudian dibuat layar lebarnya pada tahun 2018.
Dalam bahasa Indonesia, istilah crazy rich dikenal dengan super kaya atau bahasa gaulnya tajir melintir. Crazy rich biasanya diidentikkan dengan orang-orang yang memiliki kekayaan melimpah, berbagai bisnis, rumah dan mobil mewah, hingga mereka yang senang memamerkan gaya hidup kelas atas.
Fenomena crazy rich telah menginspirasi sebagian orang untuk meraih impiannya menjadi orang super kaya dengan menghalalkan segala cara. Sehingga tidak jarang, mereka yang menamakan dirinya crazy rich terjebak dalam aktivitas bisnis ilegal hingga trading beraroma perjudian.
Inilah kondisi sosial dari sebagian orang yang dikenal dengan istilah disini sebagai crazy to be a crazy rich. Orang-orang yang tergila-gila ingin menjadi orang super kaya, namun sayang cara dan tujuannya tidak sesuai dengan kaidah hukum dan norma, baik negara maupun agama, khususnya Islam.
Satu hal yang dikhawatirkan dari fenomena ini adalah adanya perubahan pandangan hidup dari sekelompok orang, khususnya generasi muda terhadap indikator status kemuliaan seseorang. Dalam konteks ini, bisa saja materi menjadi faktor penentu utama kemuliaan, kredibilitas, hingga status sosial diri seseorang.
Sungguh berbahaya, jika cara pandang terkait indikator kemuliaan seseorang dinilai berdasarkan materi. Cara pandang seperti ini adalah mirip dengan cara pandang Iblis ketika menilai Nabi Adam A.S.
Dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf [7]: 12, Allah SWT mengabadikan pernyataan Iblis ketika ditanya alasannya kenapa tidak mau bersujud kepada Adam: “Iblis menjawab: ‘Saya lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan saya dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah’.”
Fenomena crazy rich telah menginspirasi banyak orang. (Foto : SINDOnews)
Pernyataan Iblis tersebut menggambarkan bagaimana cara pandang Iblis dalam menilai kemuliaan seseorang, dalam hal ini Nabi Adam A.S. Iblis mengukur kemuliaan seseorang dengan indikator materi.
Karena cara pandang ini pula lah, Iblis merasa dirinya lebih baik dari Nabi Adam A.S. Sombonglah Iblis dan karenanya pula terlaknatlah Iblis selama-lamanya.
Cara pandang seperti Iblis ini lah yang dikhawatirkan muncul di tengah-tengah masyarakat, dengan adanya fenomena crazy to be a crazy rich.
Betapa seorang yang katanya crazy rich sering bersikap meremehkan orang lain dan bangga yang berlebihan dengan apa yang dimilikinya.
Menjadi seorang crazy rich (super kaya) tentu bukanlah sebuah kesalahan. Selama cara untuk mendapatkannya sesuai dengan tata aturan dan norma agama maupun negara. Begitu pula dalam menggunakannya, harus sesuai dengan tuntunan Allah SWT Sang Pemberi Rizki.
Islam adalah agama yang tidak melarang ummatnya menjadi orang super kaya, bahkan Islam menganjurkan ummatnya untuk menjadi orang super kaya. Persoalannya bukan terletak pada kaya atau fakirnya seseorang, tetapi bagaimana cara mendapatkan dan menggunakan kekayaannya itu.
Bagi seseorang yang kaya bahkan super kaya, tentu memiliki kesempatan yang sangat istimewa yang tidak dimiliki oleh orang fakir. Dengan kekayaan yang dimilikinya, dia dapat menyempurnakan ibadahnya, membantu orang susah, meningkatkan sedekah, membiayai dakwah, membangun masjid, sarana pendidikan dan kesehatan bagi orang fakir, dan hal-hal lain yang membuat hidupnya semakin berkah.
Namun demikian, menjadi orang fakir juga bukan lah sebuah kehinaan. Karena dengan kefakirannya, seseorang dapat masuk surga lebih cepat dibandingkan dengan orang kaya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Orang-orang beriman yang fakir kelak akan masuk surga terlebih dahulu setengah hari yang setara 500 tahun lamanya daripada orang kaya.”
Islam adalah agama yang tidak melarang ummatnya menjadi orang super kaya. (Foto : Ist)
Lantas bagaimana kriteria crazy rich dalam versi Islam?
Untuk menjadi seorang crazy rich dalam Islam sejatinya tidak harus menghalalkan segala cara. Ikuti saja beberapa kriteria yang diberikan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang di pagi hari merasa aman di kampung halamannya, sehat badannya, dan memiliki makanan yang mencukupinya pada hari itu, maka seakan-akan dunia dan seisinya telah menjadi miliknya.” (HR. At-Tirmidzi).
Selain itu, untuk bisa menjadi crazy rich versi Islam, lakukan shalat sunnah fajar (qabliyah subuh). Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: “Dua rakaat fajar (shalat sunnah qabliyah subuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.”
Keamanan, kesehatan, dan kecukupan bahan makanan yang kita miliki sudah mampu mengantarkan kita menjadi seorang crazy rich. Ditambah lagi kita mampu melakukan sholat sunnah dua rakaat sebelum sholat subuh, maka tak ternilai lagi kekayaan kita. It’s the real crazy rich.
Mungkin ada sebagian orang yang berpendapat, yang dimaksud crazy rich kan orang yang kekayaannya terlihat alias bergelimangan harta. Bukan seperti hadits Nabi itu. Jika itu menjadi ukurannya, berhati-hatilah jangan sampai kita terjebak oleh ukuran-ukuran Iblis.
Mungkin ada lagi yang berpendapat, jika seperti itu kriterianya, maka kita tidak perlu bekerja keras, diam dan perbanyak shalat saja di masjid. Pendapat ini juga keliru. Perhatikan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat At-Taubah [9]: 105:
Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang maha mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Berdasarkan ayat di atas, maka jelaslah bahwa setiap ummat Islam diperintahkan untuk bekerja. Bekerjalah sesuai dengan keadaan dan kemampuan masing-masing.
Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar [39]: 39:
Katkanlah: “Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahuinya.”
Selain bekerja secara lahiriah, Islam juga mengajarkan banyak contoh amal shalih yang dapat dilakukan untuk memperlancar datangnya rizki dari Allah SWT. Salah satunya adalah dengan memperbanyak istighfar.
Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud sebagai berikut:
“Barangsiapa senantiasa beristighfar, niscaya Allah SWT menjadikan setiap kesedihannya kelapangan, dan menjadikan setiap kesempitannya jalan keluar, dan akan diberi-Nya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)
Kunci terakhir agar kita menjadi orang yang super kaya adalah senantiasa rela dengan pembagian rizki dari Allah SWT. Bekerja sudah, berdo’a sudah, shalat dan istigfar pun sudah, maka saatnya hati kita ikhlas terhadap ketetapan Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda: “Relalah dengan pembagian rizki Allah kepadamu, niscaya kamu jadi orang yang paling kaya.” (HR. Ahmad).
Wallahu a’lam bish-shawab. (*)
Editor : Syahrir Rasyid