get app
inews
Aa Read Next : Dugaan Suap Wali Kota Bekasi, Uang Rp 3 Miliar Disita

Kisah Ketua KPK Berjuang Mengenyam Pendidikan, dari Berjualan Pepes Ketan hingga Jadi Pencuci Mobil

Rabu, 04 Mei 2022 | 18:58 WIB
header img
Ketua KPK Firli Bahuri. (Foto: Ist)

JAKARTA, iNewsSerpong.id - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri menyampaikan pentingnya pendidikan untuk mengubah keadaan.

Masa depan NKRI dinilai akan semakin baik dengan pendidikan serta semangat belajar, berjuang, bekerja keras. Hal itu disampaikan Firli dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada 2 Mei 2022.

Firli pun menceritakan kisah hidupnya yang berubah karena pendidikan. Sebagai bungsu dari 6 bersaudara di keluarga miskin di pelosok dusun Sumatera Selatan, dia mengaku memahami petuah orang tua terutama ibu, tentang pentingnya pendidikan untuk mengubah keadaan khususnya kondisi ekonomi keluarga yang sangat sulit.

"Dengan segala keterbatasan ekonomi keluarga, apalagi usai ditinggal wafat ayah, saya menguatkan tekad dan diri untuk terus sekolah setinggi-tingginya agar nasib dapat berubah, seperti kata ibu," kata Firli, dalam keterangan Rabu (4/5/2022).

Dia menuturkan kondisi saat itu berat dan perih. Firli mengaku harus berjalan tanpa alas kaki ke sekolah sejauh 16 km.

"Di kala teman SD berangkat diantar orang tua atau saudaranya dengan sepeda, saya harus berjalan kaki nyeker pergi dan pulang ke sekolah sejauh 16 km setiap hari, karena tidak memiliki sandal apalagi sepatu," ujarnya.

Bayar SPP sekolah saat itu juga katanya bukan dengan uang, melainkan barter buah kelapa atau durian. Dia bersyukur kepala SD saat itu menerima kelapa, durian atau ikan hasil tangkapan sendiri sebagai pengganti uang SPP. Semasa SMA, Firli ikut kakak mengontrak di dekat SMA 3 Palembang.

Dia mengingat setiap pulang sekolah bersama kakak, mencari ikan di rawa untuk ditukar dengan pisang serta beras ketan. "Beras ketan dan pisang tersebut dibuat pepes ketan oleh kakak, dan saya yang menjualnya ke warung-warung atau ngider dari kampung ke kampung.

Dari hasil berjualan pepes ketan, kami gunakan untuk membayar uang sekolah," ungkapnya. Untuk membeli peralatan dan keperluan sekolah lainnya, Firli pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga, tukang cuci mobil, atau menjual spidol yang dia beli di Pasar Cinde, lalu dijual kembali dengan sedikit keuntungan di Taman Ria Palembang.

"Usia tamat SMA, saya yang jelas tidak memiliki uang untuk melanjutkan jenjang pendidikan di universitas, mendaftarkan diri ikut sekolah yang dibiayai negara yakni Akabri. 3 kali saya mendaftar, 3 kali juga gagal diterima saat itu," kata Firli.

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Berita iNews Serpong di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut