Putus asakah Fadlul? Ternyata tidak. Kegagalan demi kegagalan memacunya untuk terus mengevaluasi. Dia pun mempelajari bagaimana cara bisa lolos seleksi TNI.
Selain mengasah kemampuan akademis, dia juga terus menempa fisik. Setahun berikutnya atau pada 2019, Fadlul kembali mendaftar Akmil.
Sama seperti tahun lalu, dia mengikuti seleksi lewat Kodam Jaya. Di tingkat sub panda, dirinya menempati rangking 1. Tes berlanjut hingga tingkat panda. Kali ini, dewi fortuna jatuh ke pangkuan.
Perjuangan keras disertai doa selama bertahun-tahun membawa hasil membanggakan. "Di tingkat panda Alhamdulillah saya juga rangking 1 dan akhirnya lulus," ucapnya. Sholat Tahajud dan Takmir Masjid Perjuangan menembus Akmil ibarat penuh onak dan duri. Selama di Jakarta, meski dekat dengan kakaknya, Fadlul tidak tinggal bersama.
Dia memilih hidup di salah satu masjid di kompleks perumahan Kodam Jaya di Jatiwarna, Bekasi. Di situ dirinya menjadi takmir.
Di tempat itu pula dia mengajar ngaji anak-anak kecil dan remaja. Fadlul menghidupkan berbagai kegiatan keagamaan melalui remaja masjid.
Di sela-sela menjadi takmir, dia terus berkonsultasi kepada kakaknya, bagaimana cara menembus tentara. Fadlul mengaku sangat berkeinginan menjadi prajurit komando alias masuk Kopassus.
Kakaknya menyarankan, untuk menjadi tentara tidak mudah. Selain fisik bagus, juga kemampuan akademik. Karena itu Fadlul menempa jasmaninya dengan latihan lari pagi dan sore hari.
"Saya tiap hari bangun jam 3 (pagi), sholat tahajud, (lanjut) sholat subuh.
Lari pagi. Selama 24 jam ini waktu waktu saya sudah diatur sehingga psiko saya itu terbentuk," ucapnya dalam wawancara dengan salah satu radio Magelang yang diunggah akun Youtube Pen Humas Akmil, dikutip Minggu.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait