Seorang pejuang PDF yang menolak disebutkan namanya mengatakan, anggota kelompoknya berusaha untuk mencegat konvoi yang mencakup 19 tahanan pada 28 Oktober, tetapi terpaksa meninggalkan operasi ketika mereka melihat bahwa orang-orang itu telah ditempatkan di depan untuk bertindak sebagai perisai manusia.
“Mereka (militer Myanmar) memaksa para pria untuk memimpin, sehingga jika kami menyerang, mereka akan terkena tembakan,” kata pejuang itu. “Kelompok etnis bersenjata kami ada di daerah itu, tetapi kami tidak dapat menyerang mereka, sehingga penduduk desa masih ditahan,” lanjutnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait