Lewat game itu, dia bertemu orang yang dia kira adalah wanita muda bernama Lily. Tapi, ternyata Lily adalah seorang pria bernama asli Yuuta Sakurai. Di saat keidupan di game dan offline Yuuta dan Moriko mulai berlintasan, keduanya pun berpacaran. Ini adalah anime manis tentang bagaimana orang dengan hdup rumit bisa menemukan cinta.
5. Otona Joshi no Anime Time
Foto: The Last Word
Dalam Bahasa Indonesia, judul ini berarti Waktu Anime bagi Wanita Dewasa. Anime ini terdiri atas empat episode berbeda yang menggambarkan situasi berbeda yang dihadapi wanita dewasa yang mungkin terjadi di dunia nyata di satu titik. Setiap ceritanya berbasis pada novel pemenang penghargaan Naoki Prize.
Sebagian besar ceritanya berfokus pada wanita berusia 20—40-an yang ingin menemukan kebahagian, kadang lewat romansa. Ada wanita berusia 33 tahun yang galau setelah dia pulang dari luar negeri bersama suami dan anaknya. Ini karena ada pria yang punya rahasia bersamanya.
Kemudian ada seorang istri berusia akhir 20-an yang meninggalkan keluarga dan mulai hidup dengan seorang pria muda. Ada juga seorang wanita yang menjelang 40 tahun bertemu lagi dengan cowok yang menjadi ciuman pertamanya saat SMP. Lalu, ada seorang ibu rumah tangga berusia 43 tahun yang menghadapi hubungan rumit antara ibu dan anak.
4. Golden Time
Foto: The Cinemaholic
Banri Tada adalah mahasiswa jurusan hukum yang tidak ingat apa pun tentang hidupnya sebelum dia amnesia. Anime ini tidak terlalu berkisah tentang karier hukumnya. Alih-alin, anime ini lebih berfokus pada hubungannya dengan mantan ceweknya dan pacarnya saat ini.
Anime ini punya semua drama yang bisa muncul di anime romance SMA. Tapi, karakternya punya perhatian dan prioritas berbeda di sini. Ini artinya, penggemar anime yang suka romansa pertaruhan tinggi tapi lelah dengan setting SMA akan punya alternatif yang lebih baik di anime ini.
3. My Senpai is Annoying
Foto: Anime Corner
Jalinan asmara di kantor memang selalu menarik untuk diungkap. Serial ini pun tak jauh berbeda. Hanya, ceritanya memang unik dan mungkin relatable bagi sebagian orang. Terutama, mereka yang sudah bekerja dan mengalami hal yang sama. Apalagi kalau bukan naksir senior atau teman sekerja.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait