5. Rushdie Operasi Darurat
Seorang dokter di antara hadirin memberikan perawatan medis sampai responden darurat pertama tiba. Rushdie kemudian diterbangkan ke rumah sakit, di mana dia menjalani operasi darurat.
6. Rushdie Hendak Pidato
Serangan pisau terjadi saat Salman Rushdie hendak memberikan pidato di Chautauqua Institution dekat kota New York, yang mengadakan program seni. Ada sekitar 2.500 orang di antara penonton, yang kemudian dievakuasi.
7. Gubernur New York Kutuk Serangan
Gubernur New York Kathy Hochul mengutuk penusukan itu dan memuji Rushdie sebagai "seorang individu yang telah menghabiskan puluhan tahun berbicara kebenaran kepada kekuasaan". "Kami mengutuk semua kekerasan, dan kami ingin orang-orang dapat merasakan kebebasan untuk berbicara dan menulis kebenaran," katanya.
8. Rushdie Peraih Booker Prize
Salman Rushdie didorong ke dalam sorotan dengan novel keduanya "Midnight's Children" pada tahun 1981, yang memenangkan pujian internasional dan meraih Booker Prize yang bergengsi.
9. Ayat-Ayat Setan Dianggap Hina Islam
Salman Rushdie tercatat sebagai warga negara Inggris asal India dan tinggal di AS selama 20 tahun terakhir. Dia telah menghadapi ancaman selama beberapa dekade atas bukunya tahun 1988, "The Satanic Verses [Ayat-Ayat Setan]". Buku novel itu oleh sebagian ulama dianggap menghina Islam dan Nabi Muhammad SAW.
10. Difatwa Mati, Kepalanya Dihargai USD2,5 Juta
Pada 14 Februari 1989, pemimpin tertinggi pertama Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini menjatuhkan fatwa mati terhadaap Salman Rushdie karena menulis novel "Ayat-Ayat Setan", yang menurut Khomeini menghina Islam dan Nabi Muhammad SAW.
Iran, pada saat di bawah Khomeini, juga menawarkan hadiah USD2,5 juta (lebih dari Rp41 miliar) untuk kepalanya Rushdie.
Fatwa mati itu memaksa Rushdie menghabiskan hampir satu dekade bersembunyi, pindah rumah berulang kali dan tidak bisa memberi tahu anak-anaknya di mana dia tinggal. Rushdie baru mulai muncul dari hidupnya dalam pelarian setelah pemerintah Iran pada tahun 1998 mengatakan tidak akan menegakkan fatwa mati dari Khomeini.
(*)
Editor : Syahrir Rasyid