Lantas Bagaimana dengan Pondasi Tauhid?
Di dalam tauhid, seorang muslim akan diajarkan salah satunya terkait dengan tauhid asma wa sifat. Dalam konteks ini, seorang muslim harus memiliki keyakinan bahwa Allah Maha Melihat (Al Bashiir), dan Allah Maha Mengetahui (Al ‘Alim).
Inilah konsep pengawasan melekat yang sesungguhnya. Perhatikan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 96 yang artinya: “Allah Maha Melihat apa yang akan mereka kerjakan.”
Demikian pula pada Al-Qur’an surat Qaf ayat 18, Allah SWT berfirman yang artinya: “Tidak satu kata yang diucapkan melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap mencatatnya.”
Selanjutnya perhatikan pula firman Allah yang artinya: “Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.” (QS. Al Hadid: 6)
Berdasarkan ayat-ayat di atas, maka jelaslah sudah bahwa perbuatan, perkataan, hingga isi hati manusia, Allah mengetahuinya. Lemahnya pondasi tauhid akan asma wa sifat, menyebabkan seseorang tergelincir ke dalam kemaksiatan.
Sejatinya, seorang muslim akan senantiasa merasa ditatap, dilihat, dan diawasi oleh Allah SWT dalam kondisi apa pun. Keyakinan ini menjadi benteng terakhir ketika seseorang hendak melakukan kemaksiatan.
Benteng terakhir ini dikenal dengan istilah muraqabah. Muraqabah adalah sikap dan keyakinan seseorang yang merasa senantiasa diawasi oleh Allah SWT, sehingga dengan sikap dan keyakinan ini mendorong seseorang untuk senantiasa melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan dari Allah SWT.
Ketika seseorang melakukan kemaksiatan, maka itu artinya benteng terakhir ini sudah runtuh. Di saat itu, dia sedang merasa bahwa yang penting tidak diketahui oleh orang lain dan Allah SWT pun tidak dianggapnya lagi. Di sinilah letak kerapuhan pondasi tauhid seseorang.
Terakhir, mari kita renungkan firman Allah yang artinya: “Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur’an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yunus: 61).
Manusia dapat saja dikelabui, tapi Allah tidak. Jagalah diri dan keluarga kita dari siksa api neraka. (*)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait