Rasulullah melanjutkan sabdanya: “Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an (para ulama dan ahli Al-Qur’an). Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya.
Kemudian Allah menanyakannya: “Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?” Ia menjawab: “Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca Al-Qur’an hanya karena Engkau.”
Allah berkata: “Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca Al-Qur’an supaya dikatakan seorang qari’ (pembaca Al-Qur’an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).” Kemudian diperintahkan (Malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.”
Rasulullah SAW selanjutnya menceritakan orang yang ketiga: “Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya.
Allah bertanya: “Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?” Ia menjawab: “Aku tidak pernah meninggalkan sedekah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.”
Allah berkata: “Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).” Kemudian diperintahkan (Malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.”
Berdasarkan hadits di atas, jelaslah sudah bahwa perjuangan dan pengorbanan yang kita lakukan jika terdapat riya’ di dalamnya (ingin mendapatkan sanjungan, mencari popularitas, ingin mendapatkan jabatan, sekedar membuat konten, dan tujuan duniawi lainnya), maka bukanlah gelar syuhada yang Allah berikan, tetapi justru neraka yang didapatkannya. Na’udzubillah.
Terakhir, mari kita luruskan kembali niat dan tujuan kita dalam setiap amal shalih yakni hanya karena dan untuk Allah semata. Perbaiki pula tata cara kita dalam melakukannya agar sesuai dengan contoh dan ajaran Allah dan Baginda Rasullah SAW. Jadilah pahlawan dengan profesi kita sehari-hari, dan tebarkanlah manfaat untuk umat manusia, tanpa embel-embel apa pun.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Dalam Islam, peluang untuk menjadi pahlawan sangatlah besar. (Foto/Ilustrasi : Ist)
Editor : Syahrir Rasyid