“Semua negara industri akan menjadi sasaran kita. Karena hukum paling dasar dari ekonomi adalah, supply dan demand. Kita memiliki banyak SDM vokasi terampil, namun industrinya tidak banyak, di sana sebaliknya industri banyak, SDM-nya sedikit. Tunjangan magang untuk mahasiswa vokasi di Eropa tentunya juga lebih tinggi di bandingkan di Indonesia,” kata dia.
Selain itu program magang ini tidak di subsidi oleh pemerintah, artinya ini market driven, dan program ini menguntungkan semua pihak yang terlibat, baik itu Industri di Eropa, Politeknik/Sekolah Vokasi, Mahasiswa, hingga peningkatan SDM dan Ekonomi negara terlibat.
Presiden Direktur Markija, Bence Schmatovic juga menyampaikan bahwa feedback dari industri sangatlah baik dan permintaan dari Industri Eropa terus meningkat.
"Kami bekerja keras menemukan kesesuaian di industri baru dengan memfokuskan magang pada bidang keteknikan namun tidak menutup peluang untuk posisi lainnya, sehingga lebih banyak lagi mahasiswa/i vokasi yang dapat mengikuti Program Magang Markija,” tandasnya.
Sedangkan Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi Kemendikbud Ristek RI Dr. Benny Bandanadjaja mengatakan bahwa program ini sudah berjalan hampir 2 tahun.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait