HIKMAH JUMAT : Implementasi Nilai-nilai Ibadah Kurban

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si.
Sudah sejauh manakah mengimplementasikan nilai-nilai ibadah kurban dalam kehidupan sehari-hari? (Foto : Ist)

Sudahkah kita mempersiapkan anak-anak kita menjadi generasi yang shalih? Kita boleh bangga dengan prestasi, pendidikan, harta dan jabatan anak-anak kita. Namun kita harus memastikan bahwa anak-anak kita paham dan mengamalkan ajaran Islam secara konsisten dan konsekuen.

Setelah sekian lama Nabi Ibrahim A.S. menanti kehadiran seorang anak, kemudian Allah menjawab doanya dengan kelahiran seorang anak yang diberi nama Ismail. Allah SWT berfirman: “Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang sangat cerdas lagi sabar.” (QS. Ash-Shaffat [37]: 101).

Kelahiran Ismail bagi Nabi Ibrahim A.S., laksana hujan yang turun setelah kemarau panjang. Betapa bahagianya Nabi Ibrahim A.S. dengan kelahiran Ismail. Namun, di tengah kegembiraannya itu, Allah memerintahkan agar anak yang baru lahir itu diantar ke lembah sunyi yang tak berpenghuni.

Hancurlah hati Nabi Ibrahim A.S., karena harus berpisah dengan anak yang sudah puluhan tahun ditunggu kelahirannya. Kini, anak tersebut harus ditinggalkannya bersama ibunya di lembah yang kelak menjadi kota Mekkah Al Mukarramah.

Bagi Nabi Ibrahim, bumi boleh hancur, langit juga boleh runtuh, namun perintah Allah tetap harus dipikul dan dilaksanakan. Ismail dan Siti Hajar akhirnya ditinggalkan. Nabi Ibrahim A.S., rela mengorbankan kebahagiaan diri dan keluarganya demi melaksanakan perintah Allah SWT.

Ismail A.S. tumbuh menjadi remaja belia. Ketika Nabi Ibrahim A.S. mengujunginya, betapa bahagia dan senang hatinya melihat pertumbuhan dan perkembangan putranya. Ismail A.S. tumbuh menjadi anak yang shalih dan sudah mulai bisa membantu orang tuanya.

Ujian dari Allah kembali datang. Nabi Ibrahim mendapatkan perintah untuk menyembelih Ismail A.S. Ujian yang lebih dahsyat dari ujian sebelumnya itu datang melalui mimpinya. Dengan  berat hati, mimpi itu pun disampaikannya kepada Ismail A.S.: “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!”

Ismail, anak remaja yang shalih itu menjawab: “Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, in syaa Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaffat [37]: 102).

Bergetarlah hati Nabi Ibrahim A.S., tangis dan air mata pun tak tertahankan. Begitu bangganya Nabi Ibrahim A.S. atas sikap anaknya, namun di sisi lain, sebagai seorang ayah begitu hancur hatinya untuk menyembelih anaknya sendiri.


Seorang anak haruslah menjadi pewaris agama dan keimanan orang tuanya. (Foto : Ist)
 
 


Editor : Syahrir Rasyid

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network