HIKMAH JUMAT : Haji Mabrur, Kesalehan Individual dan Sosial

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si.
Predikat haji mabrur adalah hak prerogatif Allah SWT. (Foto : Ist)

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, diceritakan bahwa suatu ketika para sahabat bertanya kepada Baginda Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, apa itu haji mabrur?” Baginda Rasulullah SAW pun menjawab: “Memberikan makanan dan menebarkan kedamaian.”

Sementara itu, dalam hadits yang lain Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Haji mabrur, tiada balasan lain kecuali surga.” Lalu para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apa (tanda) mabrurnya?” Rasulullah SAW menjawab: “Memberikan makan kepada orang lain dan melontarkan ucapan yang baik.” (HR. Ahmad, At-Thabrani, dan Al-Baihaqi).

Kesalehan individual maupun sosial dari seseorang yang meraih haji mabrur sejatinya adalah aktualisasi dari seluruh tahapan ibadah haji yang dilakukan seseorang. Coba kita simak kalimat talbiyah yang senantiasa diucapkan oleh seseorang yang menunaikan ibadah haji sebagai berikut:

Artinya: “Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sungguh, segala puji, nikmat, dan segala kekuasaan adalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu.”

Jika kita perhatikan kalimat talbiyah di atas, maka sejatinya kalimat talbiyah mengandung makna yang luar biasa yakni pengakuan, kepasrahan, sekaligus kepatuhan dari seorang hamba kepada Tuhannya yaitu Allah SWT. Sikap-sikap tersebut, adalah modal yang sangat kuat bagi seseorang untuk bersikap jujur, rendah hati, dan ikhlas serta sikap-sikap baik lainnya.

Demikian pula dengan pakaian ikhram. Ketika seorang jamaah haji telah menanggalkan baju kesehariannya kemudian diganti dengan pakaian ikhram, maka itu maknanya dia telah harus menanggalkan segala bentuk sifat dan sikap buruk yang ada pada dirinya, digantikan dengan sifat dan sikap terpuji yang harus ada pada diri seorang hamba.

Begitu banyak makna yang terkandung dalam setiap tahapan ibadah haji. Setiap tahapan memiliki makna tersendiri, bukan hanya sekedar ritual tanpa makna yang hakiki. Thawaf misalnya. Allah SWT berfirman yang artinya: “Hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah tua itu (Baitullah).” (QS. Al-Hajj [22]: 29).

Thawaf memberikan pengertian kepada seluruh jamaah haji tentang hakikat keberadaan Allah dan manusia sebagai makhluk-Nya. Manusia adalah makhluk yang sangat bergantung kepada Allah SWT, sehingga inti perputaran dan pernyataan thawaf adalah lantunan do’a, dzikir, tasbih, dan kalimat thayibah lainnya.


Haji mabrur merupakan harapan dan doa tertinggi bagi orang yang menunaikan ibadah haji. (Foto : Ist)
 
 


Editor : Syahrir Rasyid

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network